Gara-Gara Seleksi Khusus Difabel, UB Raih Penghargaan Internasional di Austria

Konten Media Partner
27 Februari 2020 20:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Suasana acara Bincang dan Obrolan Santai (Bonsai) di Gedung Rektorat UB. Foto: Hilmi Inayah
MALANG-Pusat Studi Layanan Universitas Brawijaya (PSLD UB) meraih penghargaan atas inovasi yang mereka buat yakni adanya Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD) di Perguruan Tinggi.
ADVERTISEMENT
Penghargaan tersebut diberikan saat Konferensi Zero Project yang berlangsung pada tanggal 19-21 Februari 2020 di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vienna, Austria.
Zero project merupakan program yang diinisiasi oleh Essl Foundation. Lembaga ini fokus pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dalam skala global. Juga menyuguhkan solusi yang inovatif dan efektif dalam memecahkan problematika penyandang disabilitas yang diatasi oleh Konvensi PBB.
Di UB sendiri, latar belakang tercetusnya SMDP ini yakni ingin mengupayakan pemenuhan hak penyandang disabilitas Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan.
Wakil Rektor IV UB Prof Dr. Moch Sasmito Djati, M.S. saat meraih penghargaan di gedung PBB di Austria. Foto dokumen.
"Kalau seleksi mandiri masih terdapat aturan yang tidak dapat dipakai oleh penyandang disabilitas," kata Zubaidah Ningsih AS, Ph.D, Ketua PSLD UB dalam acara Bincang dan Obrolan Santai (Bonsai) di gedung Rektorat Universitas Brawijaya, Kamis (27/2).
ADVERTISEMENT
Dia melanjutkan, memang tidak adil jika peraturan seleksi mandiri juga diterapkan kepada difabel. Misalnya, jika waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes tulis adalah 2 jam, lantas bagaimana tunanetra dan difabel lain? maka dari itu, SMPD secara khusus mengatur tentang kebijakan seleksi para difabel agar tetap dapat berpartisipasi secara adil untuk masuk Perguruan Tinggi.
Terdapat beberapa tahapan seleksi SMPD yang akan dilalui penyandang disabilitas untuk masuk perguruan tinggi UB yakni, tes administratif, tes kemampuan akademik, simulasi perkuliahan dan wawancara. Melalui tahap tersebut, UB membuka 20 kuota bagi siswa difabel yang ingin kuliah di UB.
“UB juga akan memfasilitasi penyandang disabilitas dengan para volunteer, alat bantu dengar yang akan mendampingi selama pembelajaran,” tegas Zubaidah Ningsih AS, Ph.D
ADVERTISEMENT
“jadi di UB sendiri, saat ini terdapat 18 Prodi yang menerima SMDP, Untuk itu, UB akan terus menambah fasilitas yang ramah difabel dan juga menambah para volunteer yang akan membantu berjalannya kelas perkuliahan," ujar Wakil Rektor IV Prof Dr. Moch Sasmito Djati, M.S.