news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Guru Besar UM Sebut Teknologi Tepat Guna Dapat Tingkatkan Kinerja IKM

Konten Media Partner
7 April 2021 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof. Muhammad Alfian Mizar, Guru Besar bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) .(foto: M Sholeh)
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Muhammad Alfian Mizar, Guru Besar bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) .(foto: M Sholeh)
ADVERTISEMENT
MALANG - Universitas Negeri Malang (UM) menambah lagi deretan guru besarnya. Dua guru besar akan dikukuhkan UM pada 8 April 2021 yaitu Prof. Dr. Alfian Mizar, Guru Besar bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Prof. Dr. Heru Suryanto, S.t., M.T., Guru Besar Bidang Ilmu material manufaktur. Sebelumnya, 1 April lalu, UM juga mengukuhkan Prof. Dr Imam Mukhlis, SE. M.Si, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan dan Prof. Dr. Drs. IM. Hambali, M.Pd, Guru Besar Bidang Bimbingan Konseling.
ADVERTISEMENT
Saat ditemui disela sela kesibukannya, Prof. Alfian menuturkan, TTG dapat meningkatkan kinerja Industri Kecil Menengah (IKM). Untuk itu, dia akan membawakan orasi pidato ilmiahnya dengan tema 'Strategi Design Manufaktur dan Aplikasi TTG dalam Meningkatkan Daya Saing Nasional'.
"Percepatan pembangunan umumnya dilakukan dengan memprioritaskan pada program implementasi iptek bagi masyarakat termasuk IKM," ujarnya, Rabu (7/4/2021).
Selain itu, rendahnya pemanfaatan teknologi pada IKM membuat peluang yang seharusnya dapat dimanfaatkan masyarakat justru diambil oleh produk impor.
"Banyak sekali temuan TTG untuk kalangan IKM tetapi sulit diaplikasikan. Karena lemahnya lembaga intermediasi dan kesiapan SDM dalam menerima teknologi," imbuhnya.
Prof. Dr Imam Mukhlis, SE. M.Si, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan. (DOK)
Menurutnya, ada jarak antara penghasilan teknologi dengan pengguna teknologi yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, keterbatasan kemampuan IKM dalam memanfaatkan TTG.
ADVERTISEMENT
"Kedua, kebutuhan TTG belum banyak didasari atas kebutuhan riil yang diperlukan IKM. Artinya penerapan TTG pada IKM kurang tepat," ujarnya.
Disebutkan, implementasi TTG merupakan strategi mengoptimalkan pendayagunaan semua aspek sumber daya lokal yang mampu memberikan nilai tambah. Pemanfaatan TTG juga memiliki peran strategis dalam mendorong berkembangnya kegiatan inovatif masyarakat.
"Sebenarnya berbagai mekanisme pemanfaatan TTG telah diterapkan, tapi keberhasilannya masih rendah. Untuk itu pemanfaatan TTG harus melakukan studi kelayakan teknis, ekonomis, sosial budaya dan lingkungan," tuturnya.
Sementara itu, Prof. Imam Mukhlis menuturkan, pembangunan nasional merupakan proses aktualisasi kemandirian bangsa dalam mencapai cita cita kemerdekaan. Cita cita kemerdekaan sebagaimana telah diamanatkan oleh para pendiri bangsa, yakni untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Guna mewujudkan cita cita kemerdekaan tersebut, pembangunan nasional harus dilakukan secara adil dan merata untuk penghidupan yang lebih baik guna tercapainya kemakmuran rakyat.
"Sukarno dan M. Hatta yang telah meletakkan sendi sendi dasar dalam pembangunan nasional dengan berbagai pemikirannya," ucapnya.
Prof. Dr. Drs. IM. Hambali, M.Pd, Guru Besar Bidang Bimbingan Konseling.(dok)
Menurutnya, Sukarno memahami betul karakteristik dan jiwa bangsa Indonesia yaitu gotong royong, persaudaraan dan kekeluargaan. Sementara M. Hatta secara konsisten menyatakan pendapatnya mengenai bangun ekonomi yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yakni Koperasi.
"Nilai nilai kearifan lokal ini merupakan fundamental sosiologis yang berperan penting dalam menciptakan fondasi pembangunan nasional berdasarkan jiwa bangsa Indonesia," imbuhnya.
Persoalan kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan pemenuhan pangan senantiasa menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan nasional. Adanya kemiskinan dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia mengindikasikan masih terjadinya ketimpangan pendapatan antar masyarakat di berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
"Pemenuhan pangan membutuhkan ketersediaan pangan yang mencukupi dan keterjangkauan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Ketahanan pangan dan kemiskinan menunjukkan sebuah realitas hubungan timbal balik dalam upaya mencapai kemakmuran dan keadilan sosial," ucapnya.
Dalam pencapaian ketahanan pangan, menunjukkan kondisi tercapaianya kebutuhan pangan yang layak bagi masyarakat. Indikator indek ketahanan pangan yang semakin tinggi, semakin menunjukkan kemakmuran hidup.
"Sebaliknya peningkatan kesejahetraan hidup dapat mendorong pemenuhan pangan oleh masyarakat. Hingga tahun 2020 indek ketahan pangan Indonesia pada level dunia pada peringkat ke 65 dengan nilai indek 59,5 dari 113 negara," tuturnya.
"Adanya kemiskinan dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia mengindikasikan masih terjadinya ketimpangan pendapatan antar masyarakat di berbagai daerah," imbuhnya.(ads)