news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Gus Muwafik: Jangan Suka Mengkafirkan Orang

Konten Media Partner
18 Juli 2019 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Da'i kondang asal Yogyakarta KH Achmad Muwafik (dua dari kiri) dan Rektor Unisma Prof Dr Masykuri Bakri M.Si (tiga dari kanan) di area kampus Unisma.(foto: Rezza Do'a Lathanza/Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Da'i kondang asal Yogyakarta KH Achmad Muwafik (dua dari kiri) dan Rektor Unisma Prof Dr Masykuri Bakri M.Si (tiga dari kanan) di area kampus Unisma.(foto: Rezza Do'a Lathanza/Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Aswaja dalam prespektif Antropologi dan Sosiologi, dikaji di Universitas Islam Malang (Unisma), kamis (18/7) dengan menghadirkan da’i kondang asal Yogyakarta yakni KH Achmad Muwafik atau yang akrab Gus Muwafik.
ADVERTISEMENT
Kiai nyentrik berambut gondrong ini mengatakan, Islam dilahirkan penuh dengan kasih sayang, serta diajarkan kepada manusia yang berbeda-beda, agar saling menghormati.”Kaum muslimin punya watak yang tidak membedakan anak bangsa, jadi fine-fine (baik-baik) aja, nggak usah ngamuk. Sebagai umat Islam sudah disiapkan untuk mandiri dan siap bertemu dengan semuanya,” ucap Gus Muwafik.
Dia melanjutkan, pendekatan sosiologi dan antropologi diperlukan untuk menjembatani massa lalu dan massa depan dengan mengembang missi Rohmatan Lil Alamin.”Kita harus siap menjadi umat massa depan yang tidak terbebani dengan massa lalu,” katanya.”Umat Islam harus slowdown, tidak mudah mengkafirkan orang meski ada perbedaan,” imbuhnya.
Gus Muwafik juga meminta agar masyarakat tidak mudah mengharamkan sesuatu.”Semisal orang Islam depan rumahnya ada tumbuhan cemara sudah dianggap dosa karena pohon cemara identik dengan Natal, tidak boleh seperti itu karena Islam itu melengkapi dan menghargai perbedaan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Rekor Unisma Prof Dr Masykuri Bakri M.Si mengatakan, acara seperti ini diadakan untuk memberi pemahaman kepada seluruh civitas akademika, ditengah carut marut lingkungan di sekitar kita. Diadakanya acara seperti ini, sebagai upaya untuk mempertahankan keutuhan Bangsa.
”Ya, apa yang dilakukan oleh civitas akademik nanti akan menjadi satu pilar untuk mempertahankan budaya atau tradisi Bangsa Indonesia sebagai negara yang plural, sebagai negara yang multikultural dan sebagai negara Bhineka Tunggal Ika,” kata Masykuri.
Dia berharap, Indonesia bisa terus mempertahankan keutuhan Bangsa Negara Indonesia agar tidak berpecah belah dengan adanya berbedaan.”Harus dipahami bahwa Negara plural dan mutikultral juga sudah tercermin di dalam Alqur’an, bahwa manusia diciptakan dari berbagai suku umat untuk saling bekerjasama, untuk saling menghormati sebagai membagun sebuah peradaban mengangkat derajat kemanusiaan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Reporter : Rezza Doa Lathanza
Editor : Irham Thoriq