Gus Romli: Bukan Lari dari Kiamat, Tapi Mendekatkan diri Kepada Allah

Konten Media Partner
15 Maret 2019 12:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Gus Muhammad Romli, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang. (Foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
TUGUMALANG.ID-Terkait tudingan adanya fatwa kiamat sudah dekat, Muhammad Romli, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang mengklarifikasi tudingan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Gus Romli ini mengatakan kalau di ponpes-nya ada program triwulan. Program ini semacam mondok singkat selama tiga bulan. Kegiatan jemaah triwulan dilakukan setiap 3 bulan hingga Ramadan berakhir. Aktivitasnya mendekatkan diri kepada Allah.
"Ada program triwulan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan menyongsong meteor, tapi bukan kiamat. Jadi awal dari 10 tanda besar kiamat itu diawali dari hantaman meteor, dalam hadis maka tunggulah dan intailah hari di mana langit akan datang dengan membawa asap yang nyata," kata Gus Romli.
Gus Romli menuturkan, dia mengajak para jemaah untuk mewaspadai datangnya hari kiamat. Sebab, tanda-tanda hari kiamat semakin jelas. Salah satunya adalah keringnya danau Tiberias di Israel. Untuk itu jemaah diajak untuk mendekatkan diri kepada Allah agar selamat dunia dan akhirat.
ADVERTISEMENT
Namun, Gus Romli mengungkapkan sebenarnya tak ada permasalahan di tahun pertama dan kedua. Di tahun ketiga ini, karena semakin ramai dan banyak jama’ah, panitia membentuk panitia untuk para santri yang ingin bergabung.
"Jadi mereka yang gabung itu harus bawa perbekalan masing-masing untuk program triwulanan ini sejak bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadan untuk menyongsong meteor. Kalau setelah Ramadan tidak terjadi apa-apa, mereka bawa pulang lagi," jelasnya.
Gus Romli menegaskan, semuanya itu untuk mengantisipasi bilamana meteor benar-benar datang di Ramadan sesuai dengan pemahaman Tarekat Akmaliyah yang mereka anut, berdasarkan tafsir Alquran dan Hadist.
Seperti diberitakan sebelumnya, warganet dihebohkan dengan adanya 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, yang secara serentak pindah ke Malang lantaran adanya isu kiamat. Bahkan, tiga dari 52 KK tersebut, mereka menjual tanah dan rumah untuk bisa ’selamat’ dari hari kiamat. Tapi, isu tersebut lantas ditampik merteka sendiri.
ADVERTISEMENT
Reporter : Bayu Eka Novanta
Editor : Irham Thoriq