Happy Hipoxia, Gejala Baru COVID-19 yang Mematikan

Konten Media Partner
10 September 2020 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif. Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif. Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
MALANG - Wabah COVID-19 hingga kini tak menunjukkan tanda mereda. Bahkan informasi terbaru, penyakit yang disebabkan virus SARS-Cov-2 ini disebut-sebut telah mengalami mutasi genetik.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pasien terindikasi positif biasanya diketahui dari gejala seperti batuk, demam, sesak nafas, dan lain-lain. Kini, virus ini bisa menyelinap ke tubuh manusia tanpa menunjukkan gejala sama sekali. Sejumlah peneliti epidemi menyebutnya Happy Hipoxia atau Silent Hypoxia. Sukar dideteksi dan mulai menciptakan fenomena baru, kematian tanpa gejala.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif, membenarkan bahwa kondisi Happy Hipoxia sangat mematikan. Pasalnya, tidak ada keluhan apapun dari mereka yang terserang virus ini.
''Pasien tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Sehat-sehat saja, tidak ada keluhan sama sekali. Namun secara mendadak kebutuhan oksigen ke dalam tubuhnya terhambat. Supply oksigen ke dalam tubuh terhenti akibat paparan virus ini,'' terang Husnul, pada Kamis (10/9/2020).
ADVERTISEMENT
Happy Hipoxia, terang Husnul, merupakan kondisi penurunan kadar oksigen dalam darah. Bahkan, tidak ada keluhan kesulitan bernafas sekalipun. Berbeda dengan pneumonia yang jelas menyerang dan mengganggu saluran pernafasan.
''Namanya saja Happy Hipoxia. Happy itu bahagia. Hipoxia itu kekurangan oksigen. Jadi, tubuhnya mendadak kekurangan pasokan oksigen saat tubuh sedang sehat-sehatnya. Beda dengan pneumonia itu jelas ada keluhan,'' ujarnya.
Kendati demikian, hingga saat ini pihaknya belum pernah menjumpai gejala Silent Hypoxia ini di Kota Malang. Meski begitu, masyarakat tetap diimbau waspada dengan hadirnya mutasi virus baru ini. Terlebih, mobilitas warga Kota Malang terbilang sangat tinggi.
''Makanya kita semua harus tetap waspada karena kita belum 100 persen terbebas dari pandemi ini. Karena tidak menunjukkan gejala sama sekali inilah yang membahayakan. Karena dia bisa bawa virus ini kemana-mana. Apalagi mobilitas warga kita sangat tinggi,'' imbaunya.
ADVERTISEMENT