Harmoni 3 Laras Gamelan dalam Satu Waktu

Konten Media Partner
7 Desember 2019 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pertunjukan gamelan yang digelar di Universitas Negeri Malang Jumat (6/12/2019) (Foto: Khusnul Hasana/Tugumalang.id)
TUGUMALANG.ID - Pertunjukan seni gamelan bertajuk Manunggal Tri Gangsa yang digelar di gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang (UM) Jumat (6/12/2019) tampak berbeda dari biasanya. Sebab, dalam pertunjukan tersebut 3 laras atau tangga nada gamelan berbeda dimainkan bersama dan menciptakan harmoni apik dan tenang.
ADVERTISEMENT
Seperti nama tajuknya, Manunggal Tri Gangsa yang berarti bersatunya tiga gangsa (seperangkat gamelan), tiga laras suara pun dipadu menjadi satu. Laras tersebut antara lain adalah laras pelog, laras slendro, dan laras banyuwangi. Padahal, pertunjukan gamelan pada umumnya biasanya hanya memainkan satu laras saja pada satu waktu.
"Jadi dari kami ingin menyajikan komposisi harmoni berdasarkan kemiripan nada dari tiga jenis gamelan dengan laras berbeda," terang Ketua Pelaksana Pagelaran Gamelan Manunggal Tri Gangsa, Alif Nursukma Putra.
Ia juga menjelaskan bahwa 3 laras gamelan tersebut terdiri dari pelog, slendro dan banyuwangi "Kalau pelog itu 7 nada per oktaf. 1,2,3,4,5,6,7. Kalau slendro itu 5 1,2,3,5,6. Kalau banyuwangi kan punya khas tersendiri dari nadanya yang tinggi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan yang baru pertama kali diadakan tersebut digelar oleh mahasiswa paket bahasa Jawa angkatan 2016 itu terdiri dari 60 pemain yang terbagi menjadi 3 laras gamelan. Ia mengungkapkan bahwa dari tiga kelompok pemain yang berbeda tersebut tetap memiliki kesatuan.
"Waktu pelog genjleng misalnya, slendro vokal, trus banyuwangi suling. Trus di manunggal tri gangsa kan kami genjleng bareng semua," imbuh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah itu.
Ia juga menuturkan tujuan dari pagelaran gamelan ini sendiri sebenarnya agar mahasiswa mata kuliah bisa menyimak wicara bahasa jawa dari 4 kelas. Dosen Fakultas Sastra, Teguh Tri Wahyudi kemudian memiliki konsep luar biasa untuk mengintegrasikan Perbelanjaran dalam penggarpan gamelan.
ADVERTISEMENT
"Menurut beliau waktu ngobrol sama saya, dari pada dibelajari tembang macapat suaranya gak keluar, malu-malu gitu, mending sekalian garap gamelan. Kena terus jadi nilai tambah juga," pungkasnya.