Hasil Survei: Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya Rentan Dimasuki Paham Radikal

Konten Media Partner
23 Mei 2022 21:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala UPT PKM UB, Muhammad Anas saat memaparkan hasil penelitian tingkat toleransi mahasiswa UB. foto/M Sholeh
zoom-in-whitePerbesar
Kepala UPT PKM UB, Muhammad Anas saat memaparkan hasil penelitian tingkat toleransi mahasiswa UB. foto/M Sholeh
ADVERTISEMENT
MALANG - Mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB) rentan dimasuki faham radikal. Kesimpulan itu tertuang dari hasil survei UPT Pengembagan Kepribadian Mahasiswa (PKM) Universitas Brawijaya (UB), selama April 2022.
ADVERTISEMENT
Survei pemetaan karakter toleransi mahasiswa pada April 2022, dengan responden sebanyak 397 mahasiswa baru dari 16 fakultas di UB. Kesimpulannya tingkat toleransi mahasiswa berada di tingkat sedang.
Kepala UPT PKM UB, Muhammad Anas menjelaskan, indikator yang digunakan dalam penelitian ini memanfaatkan teori Bullard (1996), teori Scanlon (2003), teori Cohen (2004) dan matra toleransi Forst (2013).
Secara rinci, indikator yang diterapkan yakni mulai pemahaman tentang toleransi dan nilai nilai kemanusiaan, sikap penerimaan terhadap perbedaan, sikap mengakui keberadaan minoritas, sikap tidak memaksakan kehendak, sikap saling menghargai sesama manusia, respon terhadap tindakan intoleransi dan praktik toleransi.
"Salah satu yang membuat kesimpulan toleransi mahasiwa UB di level sedang ini terutama indikator mengenai sikap mahasiswa UB dalam merespon isu tentang minoritas mulai agama, etnis hingga disabilitas. Jadi mereka menaruh sikap galau atau gamang untuk membela atau tidak," ungkapnya, Senin (23/5/2022).
ADVERTISEMENT
Dia menilai, tingkat toleransi mahasiswa UB ini rentan dimasuki faham radikal. Terlebih untuk mahasiswa baru semester satu atau dua yang memang rentan jika tak segera dibentengi secara dini.
"Ini juga menjadi warning buat kami untuk bisa memberikan benteng pada mahasiswa agar tak terpapar radikalisme dan lainnya," imbuhnya.
Sebab menurutnya, penelitian ini telah dilakukan secara ilmiah dan obyektif. Terlebih beberapa waktu lalu UB masuk dalam 10 besar kategori kampus radikal.
"Kami berpikir, bisa saja ini karena pengaruh sekolah sebelumnya atau pengaruh lingkungan yang kemudian akhirnya hasil riset seperti ini," ujarnya.
Untuk itulah UPT UB segera membuat program kemahasiswaan agar mampu berinteraksi, berbaur dan bersikap dengan orang yang berbeda atau minoritas.
ADVERTISEMENT
''Program itu sebetulnya ada di UPT kami namun memang kurang masif," pungkasnya.
Hasil survei itu menunjukkan bahwa 98,24 % mahasiswa memiliki pemahaman toleransi yang tinggi, 1,26% memiliki pemahaman toleransi yang sedang, dan hanya 0,50% yang memiliki pemahaman toleransi yang rendah.
Dalam hal sikap penerimaan terhadap perbedaan (inklusif), 94,21% mahasiswa memiliki sikap penerimaan yang tinggi, 5,54% yang memiliki sikap penerimaan dengan kategori sedang, dan hanya 0,25% yang memiliki sikap penerimaan rendah.