Ikatan Alumni Universitas Islam Malang Gelar Silaturahmi Nasional

Konten Media Partner
5 Juli 2020 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Silaturahmi Nsaional Ikatan Alumni Unisma. Foto: dok.
zoom-in-whitePerbesar
Silaturahmi Nsaional Ikatan Alumni Unisma. Foto: dok.
ADVERTISEMENT
MALANG - Ikatan Alumni Universitas Islam Malang (IKA Unisma) menyelenggarakan Silaturahmi Nasional dengan tema Penguatan Entrepreneurship Dalam Kurikulum Kampus Merdeka secara daring, pada Sabtu (4/7/2020).
ADVERTISEMENT
Silaturahmi nasional ini menghadirkan Ketua PBNU, Prof KH Dr Said Aqil Siradj MA; Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Drs Samsul Widodo MA; dan pengusaha dari alumni Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang, Ir Muhammad Maulud.
Silaturahmi nasional ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Unisma terkait pemikiran Kampus Merdeka, Merdeka Belajar dimana kontribusi alumni dalam pengembangan sumberdaya, teknologi, budaya dan kelembagaan yang akan diimplementasikan oleh Unisma.
Silaturahmi Nsaional Ikatan Alumni Unisma. Foto: dok.
Dalam paparannya, Said Aqil Siradj menjelaskan manhaj at tarbiyah. "Metodologi pengajaran itu harus dinamis, selalu dilakukan, inovasi-inovasi kreatif dan harus pula disertai contoh - udwah chasanah, ada pula bimbingan atau pengawalan, muhafadlo dari para dosen atau senior," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Dalam hal ini ada dua hal, yakni at tarbiyah atau tazkiyah dan yang kedua adalah at ta’alim. Tarbiyah, berkaitan dengan pembangunan karakter, karaktek yang baik-akhlakul karimah, tidak bisa diberikan kebebasan atau kemerdekaan sebebas-bebasnya," imbuh Said Aqil.
Dia mengatakan, sejak zaman nabi Muhammad SAW sampai zaman sekarang, para ulama tidak pernah memberikan kebebasan kepada anak didiknya dalam hal moral atau akhlakul karimah yang akan memberikan kecerdasan, kepekaan atau sense dalam kepribadiannya, al wa’yu al diniy.
"Dalam hal ini (tarbiyah atau tazkiyah) pesantren layak diakui, banyak alumni pesantren memiliki karakter yang ideal, yaitu akhlakul karimah – moral yang baik. Dampaknya menciptakan karakter yang diharapkan, membuat masyarakat dan bangsa yang memiliki karekter yang berbudaya dan bangsa yang beragama. Dalam hal manhaj at ta’alim untuk mendukung professional yang ditargetkan, dan untuk meningkatkan ketrampilan yang dikuasai mahasiswa, hal ini dilakukan secara hati-hati. Jangan hanya mengikuti yang ideal tapi tidak berkorelasi dengan situasi dan kondisi yang ada," saran Said Aqil.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Samsul Widodo memberikan pemahaman terkait Kampus Merdeka, Merdeka Belajar. Dimana pada saat itu, Kementerian Desa juga diundang oleh Mendikbud, Nadim Makariem, untuk mendiskusikan dan merumuskan konsep Kampus Merdeka.
"Intinya, mahasiswa diberi kesempatan sampai lulus itu hanya delapan semester dan memang itu normalnya. 5 Semester ditempuh sesuai minat jurusannya, dan yang 3 semester ini yang disebut dengan kampus merdeka," papar Samsul.
Sementara Muhammad Maulud, mengatakan kebijakan kampus merdeka seyogyanya berisi muatan 30 persen teori dan 70 persen praktek.
"Hal ini sering disampaikan ke pihak almamater dalam hal ini pihak fakultas pertanian Unisma. Hal ini untuk memberikan penguatan kepada mahasiswa karena selama ini hanya kuat disisi teori saja" ungkap pria yang akrab disapa Ilud ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Ilud, hal ini berdasarkan pengalaman dari mahasiswa magang ditempat kerjanya, sejak tahun 1997 sampai sekarang.
"Mereka praktek atau magang dibulan pertama proses belajar dari hulu sampai hilir dan 1 bulan berikutnya harus memulai dengan usaha yang dirintisnya dan 1 bulan berikutnya mereka sudah terampil dan berkemampuan dalam menjalankan usahanya setelah proses magang ini," papar pria yang juga Ketua Umum Kontak Bisnis Hortikultura Indonesia (KBHI) ini.
"Sejak awal mahasiswa diperkenalkan dengan bidang studi yang dipilihnya dan ditahun kedua, diarahkan pada jurusan yang akan dipilih sekaligus ruang lingkupnya tidak hanya dari segi teori tetapi juga dilakukan pengenalan lapangan pada pekerjaan sebagai profesi," saran Ilud.(ads)