Inoscope, Inovasi Stetoskop Digital dari RSSA Malang

Konten Media Partner
30 September 2020 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Inoscope, Inovasi Stetoskop Digital yang sedang dikembangkan oleh RSSA Malang. Foto/Humas RSSA Malang.
zoom-in-whitePerbesar
Inoscope, Inovasi Stetoskop Digital yang sedang dikembangkan oleh RSSA Malang. Foto/Humas RSSA Malang.
ADVERTISEMENT
MALANG - Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang membuat inovasi alat perekam denyut jantung bermama Inoscope. Berbeda dengan stetoskop konvensional, Inoscope tak hanya merekam denyut jantung juga termasuk mengukur napas pasien. Dikembangkannya alat ini menurut Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Dr. dr. Kohar Hari Santoso, bermula dari ketidakluwesan penggunaan APD baju hazmat level 4 selama penanganan pasien.
ADVERTISEMENT
Diterangkan Kohar, baju hazmat yang menutupi seluruh kepala dan tubuh menjadi kendala tersendiri pada saat petugas memeriksa dengan stetoskop. ''Disitu petugas harus menempelkan eartips ke telinga. Yang artinya membuka head cover hazmat,'' terangnya saat konferensi pers bia teleconference, Selasa (29/9).
Disitulah letak potensi kasus transmisi penularan virus Corona terhadap tenaga kesehatan sangat tinggi. Meski kata Kohar belum ada jurnal resmi yang spesifik mengidentifikasi angka kejadian transmisi virus melalui stetoskop.
''Namun tetap ada potensi tinggi transmisi lewat droplet yang menempel dari semburan bersin atau batuk pasien ke media stetoskop sehingga terbawa ke bagian tubuh nakes saat kondisi tak terlindung ketika membuka celah headcovering hazmat,'' paparnya.
Sebab itulah inovasi ini jelas Kohar lahir guna membantu meminimalisir transmisi virus SARS-CoV-2 dari pasien ke nakes yang kerap terjadi. “Diharapkan dengan penggunaan alat ini dapat mengurangi transmisi dan kontak dengan pasien sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang valid tanpa perlu berlama-lama kontak dengan pasien,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, Ketua Tim Pengembangan dan Validasi Inoscope Susanthy Djajalaksana menjelaskan perbedaan Inoscope dengan stetoskop konvensional terletak pada kemampuan melakukan perekaman suara denyut nadi jantung hingga napas pasien.
Suara tersebut, papar Susanty ditangkap oleh sebuah head unit yang diletakkan di stetoskop digital tersebut. “Di bawah head unitnya ada mikropon yang menangkap suara. Nantinya, diubah menjadi suara digital yang ditangkap oleh mesin dan terhubung ke aplikasi di handphone. Otomatis dokter tidak perlu membuka hazmatnya,” terang dia.
Bahkan, dengan adanya stetoskop digital tersebut memungkinkan dokter atau nakes melakukan proses perawatan bisa dilakukan dari rumah, tanpa harus mengunjungi rumah sakit. “Aplikasi ini akan melakukan perekaman yang nantinya bisa diputar di smartphone lain. Jadi ada satu smartphone yang ada di ruang perawatan dan bisa didengarkan di tempat lain,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Keunggulan lain dari Inoscope adalah sampling suara yang tinggi dengan built in filter pada alat. Dimana sampling suara yang terekam oleh alat tidak menggunakan filter digital handphone karena akan menghasilkan sampling rendah sehingga mengurangi kejelasan.
''Filter menggunakan sampling tinggi dengan mic capacitive ukuran 4 dan 6 mm filter analog sehingga menghasilkan output jernih dan reliable. Selain itu keunggulannya dapat digunakan tanpa perlu meng-install aplikasi tambahan,” imbuhnya.
Kendati demikian, alat tersebut masih dalam tahap pengembangan dan validasi sebelum secara resmi dipergunakan. Tahapan ini berkaitan dengan dengan tingkat akurasi suara hasil perekaman dengan suara napas dan denyut jantung.
“Nanti masih harus dilakukan uji validasi tentang bagaimana output pemeriksaan menggunakan Inoscope dibanding menggunakan stetoskop konvensional. Dibandingkan sensitivitas dan spesifitas hasil dari output yang dihasilkan melalui dua jenis pemeriksaan itu,'' pungkasnya. Ke depan, iovasi inoscope ini sangat berperan dalam telemedicine di mana pasien atau mereka yang memerlukan pemeriksaan tidak perlu berhadapan fisik dengan petugas kesehatan atau mendatangi petugas kesehatan lagi. Bahkan, nantinya pasien dapat dibekali mandiri dengan alat ini di mana hasilnya dapat diakses secara daring oleh para tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosa.
ADVERTISEMENT