'Jamu' ala Profesor UB, Kurangi Perkembangbiakan Hewan Pada Buah

Konten Media Partner
13 November 2019 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Profesor dari Universitas Brawijaya (UB) Prof Amin Setyo Leksono S.Si, M.Si, Ph.D menunjukan Scombat yang merupakan karya-nya. Foto: rezza do'a latahza/tugumalang.id
TUGUMALANG.ID-Anda pernah melihat buah yang ada bubuk taburan putih di atasnya. Ya, itulah kotoran dari Aphid. Aphid adalah salah satu serangga yang menghisap buah berglukosa (mengandung gula).
ADVERTISEMENT
Keberadaan serangga ini, udah diteliti oleh profesor dari Universitas Brawijaya (UB) Prof Amin Setyo Leksono S.Si, M.Si, Ph.D. Tujuannya adalah, mengurangi perkembangbiakan hewan pada buah.
"Kotoran aphid ini menghisap buah berglukosa, kotoranya mengandung gula dan mengundang banyak semut," ucap Amin, Rabu (13/11).
Dia melakukan upaya peningkatan peran komunitas arthropoda (serangga) untuk pengendalian perkembangbiakan hama. Arthropoda memiliki peran menjadi musuh hama. Perannya sebagai penyerbuk, pengurai, dan bioindikator.
Dalam inovasi ini, dia melakukan kombinasi rekayasa habitat dan pupuk pestisida alami dalam bentuk cair. Dia menanam tumbuhan refugia (kenikir, marigold, bawangan) di tepi kebun atau pematang sawah.
Ilustrasi semangka. Foto: Thinkstock
Sebagai pelengkap juga dia meracik 'jamu' untuk memancing arthropoda hinggap di tumbuhan refugia. Cairan yang dinamai 'Biocombat' itu dibuat dari bahan lokal. Seperti empon-empon, gadung, buah maha, air cucian beras, air kelapa, gula, dan terasi. Semuanya diramu sedemikian rupa, sehingga jadilah Biocobat.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah lakukan di kebun daerah Gondanglegi, Kabupaten Malang. Hasilnya menunjukkan peningkatan jumlah arthropoda. Desain rekayasa ini mengundang kumbang, capung, laba-laba untuk menangkap mangsa. Kata petani kalau dulu pakai pestisida namanya tumbuhan lagi 'ngobat'. Sekarang 'njamu katanya," imbuh pria yang hari ini (13/11) dinobatkan sebagai guru besar UB ini. Untuk ramuan 'Biocombat' menurutnya masing-masing petani di daerah bisa meniru sesuai dengan kondisi daerah.
Reporter : Rezza Doa Lathanza
Editor : Irham Thoriq