Kajian Psikolog terkait Kasus Mutilasi di Malang

Konten Media Partner
18 Mei 2019 13:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sugeng Angga Santoso, terduga pelaku mutilasi, saat berada di mobil setelah olah tempat kejadian perkara (TKP) di Pasar Besar, Kota Malang. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang)
zoom-in-whitePerbesar
Sugeng Angga Santoso, terduga pelaku mutilasi, saat berada di mobil setelah olah tempat kejadian perkara (TKP) di Pasar Besar, Kota Malang. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TUGUMALANG.ID - Sugeng Angga Santoso (49), terduga pelaku mutilasi di Malang, telah menjalani pemeriksaan hingga olah TKP yang dilakukan kepolisian. Namun, karena kepolisian ragu dengan kondisi kejiwaan Sugeng, akhirnya kepolisian merujuknya ke psikiater hingga Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
Menurut Psikolog dari UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Fuji Astutik M.Psi, yang pertama perlu dipastikan oleh kepolisian saat ini adalah gangguan kejiwaan yang diduga dialami Sugeng. ”Kalau melihat prilaku agresif pelaku sebelumnya, memang kemungkinan pelaku mengalami masalah psikologis,” kata alumnus Universitas Airlangga (Unair) ini.
Diberitakan sebelumnya, memang terduga pelaku pernah beberapa kali melakukan tindakan kekerasan. Di antaranya, Sugeng pernah memotong lidah pacarnya dan pernah memukul ayahnya dengan palu. Keterangan tersebut didapat dari warga Jodipan, Kota Malang, tempat Sugeng pernah tinggal tujuh tahun lalu.
Fuji melanjutkan, secara umum, mutilasi bisa dilakukan oleh pelaku karena tiga motif. Pertama, sakit hati karena percintaan. Kedua, panik karena tahu korban tewas. Ketiga, pelaku mengidap gangguan jiwa.
ADVERTISEMENT
"Biasanya kalau motifnya sakit hati karena percintaan, yang dimutilasi terlebih dahulu ada organ seperti payudara. Sedangkan biasanya kalau dendam yang dimutilasi pertama kali adalah kepala,” kata Fuji.
Menurut Fuji, untuk mengetahui motif Sugeng secara utuh perlu pemeriksaan yang sangat hati-hati dan komprehensif.
"Dengan penggalian data itu, kita bisa tahu seperti apa perasaan korban saat melakukan mutilasi, dan bagian mana yang dimutilasi terlebih dahulu,” pungkasnya.
Reporter: Irham Thoriq