Kata Psikolog soal Kasus Pencabulan Guru SMP di Malang

Konten Media Partner
7 Desember 2019 8:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pencabulan oleh oknum guru terhadap belasan siswanya di Malang. (Ilustrasi: Gigih Mazda/Tugumalang.id
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pencabulan oleh oknum guru terhadap belasan siswanya di Malang. (Ilustrasi: Gigih Mazda/Tugumalang.id
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID – Pelecehan seksual oleh oknum guru Bimbingan Konseling (BK) terhadap belasan siswanya di SMPN 4 Kepanjen, Kabupaten Malang dikhawatirkan bakal memicu kondisi trauma terhadap para korban.
ADVERTISEMENT
Menurut dosen psikologi asal Universitas Brawijaya, Sumi Lestari, kasus pelecehan seksual merupakan pengalaman tidak menyenangkan bagi anak dan menyebabkan munculnya pengalaman traumatis.
“Dampak pengalaman traumatis itu meliputi menarik diri dari lingkungan sosial, menyendiri, tidak percaya diri, perubahan emosi, gangguan makan an lain sebagainya,” tutur Sumi ketika dihubungi tugumalang.id.

Psikolog Universitas Brawijaya, Sumi Lestari. (Foto: Dokumen)
Ia juga menuturkan bahwa pengalaman traumatis pada anak bahkan bakal membekas seumur hidup tergantung dari dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya untuk bangkit melalui pengalaman pahit itu.
Oleh karenya, ia berharap agar para korban tetap mendapatkan dukungan yang baik, terutama dari keluarga dekat.
Ads
“Dukungan sosial atau support orang-orang yang dicintai atau orang terdekat itu sangat membantu anak untuk membangun kepercayaan dirinya. Untuk mereduksi trauma yg dialaminya,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Psikolog asal Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki), Fuji Astutik juga berpendapat serupa.
Ia menjelaskan bahwa masalah psikologi pada korban pelecahan anak seperti ini harus harus melaui pemeriksaan psikologis.
“Hal ini karena respons setiap orang berbeda pada setiap kejadian,” terang Fuji.
Dirinya menjelaskan terdapat beberapa dampak dari pelecahan anak. Pertama, rasa malu dan tidak percaya diri karena adanya kejadian ini. Jika hal ini jika tidak ditangani atau tidak mendapatkan perhatian dari lingkungan, maka akan membuat seseorang merasa tidak berharga.
Kedua, cemas atau khawatir. Ketiga, Rasa marah dan kecewa pada pelaku, ini biasanya diiringin dengan kebencian yang mendalam kepada pelaku.
Menurut Fuji, hal-hal tersebut harus dikaji terlebih sebelum menentukan langkah penanganan.
ADVERTISEMENT
“Akan dilakukan assesment untuk menemukan diagnosanya dulu, kalau ditemukan, maka penangananya disesuaikan, bisa dengan kognitif, behavioral atau psikoanalisa,” pungkasnya.