news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kemarau, Bencana Tanah Longsor Tetap jadi Ancaman

Konten Media Partner
9 Agustus 2019 12:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tanah longsor yang terjadi di Kota Malang. Foto : Gigih Mazda/tugu malang
TUGUMALANG.ID-Bencana tanah longsor masih menjadi ancaman di Kota Malang pada musim kemarau ini. Ancaman tersebut diperkirakan bakal terjadi pada lahan dengan kemiringan tertentu yang tidak memiliki vegetasi penahan dan menjadi pecah-pecah karena kering.
ADVERTISEMENT
"Penyebab utama longsor memang bukan musim kemaraunya, tapi tanah yang pecah, merekah akibat kurangnya airmenyebabkan jarak antar pori merenggang. Saat hujan turun meski intensitasnya rendah maka akan longsor," terang Analis Bencana BPBD Kota Malang, Mahfuzi.
Karena teriknya tersebut, ia menjelaskan bahwa tingkat evapotranspirasi (air yang diuapkan oleh tanahan) bakal meningkat tajam dan berpotensi hilangnya kadar air dalam tanah. Hal ini membuat tanah menjadi rentan pecah bahkan retak-retak. "Secara fisik, tanah yang pecah atau retak apalagi berada di lereng tebing jika
mendapat tekanan (beban) misalkan adanya aktivitas, getaran bahkan hujan intensitas rendah akan memicu longsor," lanjutnya.
Kota Malang yang diakui sebagai wilayah yang dianugerahi alam yang indah dengan kontur alam yang menakjubkan membuat para turis rela jauh-jauh datang untuk berkunjung. Namun siapa sangka dengan topografi wilayah yang memiliki kontur tinggi rendah ini ternyata menyimpan kerawanan bencana, khususnya gerakan tanah atau tanah longsor.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, pihaknya berharap agar masyarakat tetap waspada meski musim penghujan telah berlalu. "Kini longsor tak hanya didominasi saat musim hujan datang. Saatnya bagi kita semua bersikap waspada dan hati-
hati," pinta pria yang hobi menulis ini. Untuk diketahui, berdasar prediksi dari BMKG bawa Puncak musim kemarau di kota Malang akan terjadi pada bulan Agustus ini.
Berdasarkan rilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada bulan Agustus ini menyebutkan Kecamatan Lowokwaru dan Sukun masuk dalam kategori rawan pergerakan tanah. Tingkat potensi gerakan tanah di kedua kecamatan ini tergolong menengah. Meski jika dibandingkan dengan dua kota tetangga di Malang Raya, Lowokwaru dan Sukun yang memiliki potensi gerakan tanah cenderung lebih rendah. "Tak ada yang tahu kapan bencana itu terjadi. Langkah kita hanyalah meminimalkan risiko bencana dengan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Diakui Mahfuzi sangat sulit untuk mencegah terjadinya pemanfaatan lahan di bantaran sungai, lahan kritis maupun kawasan yang curam akibat faktor demografi dengan naiknya kebutuhan lahan. Meski berbahaya namun ada saja yang nekad mendiami wilayah tersebut. "Yang bisa dilakukan adalah
mewaspadai saat awal musim hujan datang. Kenali wilayah dengan melakukan monitoring lingkungan. Amati secara visual dan jika perlu laporkan ke BPBD," pungkasnya.
Reporter: Gigih Mazda
Editor : Irham Thoriq