Kesaksian Tragedi di Kanjuruhan: Tembakan Gas Air Mata dan Anjing Polisi Dilepas

Konten Media Partner
2 Oktober 2022 16:40 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
Polisi menghalau para suporter Arema untuk kembali ke atas kursi tribun. foto/dani kristian
zoom-in-whitePerbesar
Polisi menghalau para suporter Arema untuk kembali ke atas kursi tribun. foto/dani kristian
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG -- Wartawan tugumalang.id berhasil mewawancarai saksi mata kejadian tragedi di Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu malam (1/10), yang menewaskan sedikitnya 174 orang, sebagaimana data yang disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari bias, berikut kami tulis pernyataan lengkap saksi mata tersebut.
Nama saya Muhammad Ishak, 27 tahun, warga Muharto Gang 7, RT 08 RW 07, Kota Malang. Saat kejadian tersebut, saya menonton dari tribun VIP. Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, dengan nyata tragedi Stadion Kanjuruhan pada tanggal 1 Oktober kemarin.
Awalnya memang ada suporter turun (dari tribun) ke lapangan. Lalu lainnya ikut turun beramai-ramai. Ketika itu, petugas polisi langsung menembakkan gas air mata ke penonton, bukan ke lapangan. Polisi menembakkan gas air mata ke penonton di tribun. Dan pintu keluar itu ditutup. Jadi, mau menghindari gas air mata itu tidak bisa.
Lalu, mau lari ke dalam lapangan, untuk menghindari asap gas air mata suporter takut. Karena di lapangan dilepaskan anjing dari kepolisian. Ini menurut saya bukan menangani kerusuhan suporter, tapi membunuh suporter dan semua terbukti ada video dan foto. Saksi-saksinya juga banyak.
ADVERTISEMENT
Saya lupa tadi malam itu kejadiannya jam berapa pastinya. Karena tidak bisa melihat jam, waktu itu suasananya ribut. Keadaan semakin memanas, saya keluar dari tribun VIP. Saya ke luar di tengah-tengah pintu 1 dan pintu 2. Ketika itu tidak bisa ke luar karena ada barracuda kepolisian. Karena tidak bisa keluar, saya ikut bantu korban-korban yang tidak sadarkan diri ke VIP.
Saya berharap kasus ini diusut tuntas. Apalagi, saya lihat ada aturan yang dilarang FIFA bahwa tidak boleh ada gas air mata dan menembakkannya di Stadion. Sudah jelas itu di undang-undang FIFA. Itu harapan saya, karena sepengetahuan saya menembakkan gas air mata itu ngawur, Mas. Jadi langsung ke penonton dan gerombolan orang. Kasihan, benar-benar kasihan.
ADVERTISEMENT
Saya tahu waktu itu ada yang luka-luka dan ada yang meninggal dunia. Saya ikut juga menggotong mereka. Saya pulang setengah dua dan sampai rumah sekitar jam empat pagi. Saya betul-betul kasihan kepada korban. Harap diusut tuntas kasus ini karena yang dilakukan aparat sudah tidak berperikemanusiaan.