news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kiprah Diari Sociopreneur, Kumpulkan Sampah untuk Beli Buku

Konten Media Partner
6 Maret 2019 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Guru besar UM Prof. Dr. Wahyudi Siswanto, M.Pd, dalam diskusi tentang literasi hijau, rabu (6/3).(foto: Rino Hayyu S/Tugu Malang),
TUGUMALANG- Permasalahan tentang sampah masih carut marut. Butuh berbagai program yang menjadi solusi dari masalah satunya. Salah satunya apa yang dilakukan komunitas Diari Sociopreneur layak diapresiasi. Ya, mereka mengubah sampah yang tak berharga menjadi buku bacaan di kampung-kampung.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut yang dilakukan Diah Ayu Puspitasari, sang penggagas Diari Sociopreneur, beserta para relawan lainnya. Mulanya ia memulai gerakan ini pada tahun lalu di Trenggalek. Dengan mengelola sampah rumah tangga yang dipilah sehingga bisa dijual untuk dibelikan buku.
Diah bercerita tentang pengalamannya dalam kajian literasi hijau di Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang (UM), rabu sore (6/3). "Kami bertekad membawa gerakan ini ke Jawa Timur, lewat mahasiswa yang menjadi volunter di Malang," terang mahasiswi Pascasarjana UM Pendidikan Bahasa Indonesia tersebut. Ia berpendapat jika kesadaran dalam mengelola sampah itu mempunyai nilai guna ekonomi. Yakni untuk membelikan buku dan disalurkan ke pelosok negeri.
Kehadiran buku, kata Diah, adalah perhiasan yang berharga bagi anak-anak daerah. Sebab, komunitas ini bisa memberikan efek secara langsung yakni dengan menukar sampah warga untuk dibelikan buku. Ketika proses penyaluran buku, Diah menginginkan bahwa masyarakat tidak hanya menyetor sampah saja. Tetapi, mereka juga ada perubahan sikap."Memilah sampah itu memang sepele, tapi bagi mereka tidak mudah, karena biasanya kan langsung dicampur saja antara organik dan anorganik," terang perempuan 24 tahun ini.
Para relawan Diari Sociopreneur saat mengumpulkan sampah. (Foto: IG Diari Sociopreneur).
ADVERTISEMENT
Pemisahan dua jenis sampah ini pun kini sedang gencar dikampanyekan ke sekolah-sekolah Jawa Timur. Sehingga, hasil sampah bisa dikoordinir untuk ditukarkan dengan buku untuk diberikan ke taman baca masyarakat (TBM). Adapun komunitas ini berdiri pada 20 Mei 2018 lalu.
Sedangkan Prof. Dr. Wahyudi Siswanto, M.Pd, guru besar Bahasa Indonesia UM yang diundang untuk menjadi pembicara, memberikan penguatan dalam hal literasi."Dalam konteks sastra, saya ingin mengajak untuk menjadi sastrawan hijau," ungkap Wahyudi.
Ia menambahkan jika sastra hijau ialah konsep tentang alam. Sehingga, hal itu bisa mengingatkan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar maupun alam. Sastra, lanjutnya, dinilai bisa menggerakkan hati lalu diharapkan bisa terwujud dalam perilaku masyarakat. Tak hanya itu, Wahyudi menerangkan jika generasi muda harus turun gunung melihat secara nyata permasalahan masyarakat. Termasuk dalam hal sampah yang terus menumpuk.
ADVERTISEMENT
Reporter : Rino Hayyu S
Editor : Irham Thoriq