Kisah Agung Menjadi Caleg untuk Perjuangkan Hak-hak Kaum Difabel

Konten Media Partner
24 Maret 2019 9:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yulian Agung Effrata saat ditemui di rumahnya, sabtu (24/3).(foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Yulian Agung Effrata saat ditemui di rumahnya, sabtu (24/3).(foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
Keterbatasan fisik membuat Yulian Agung Effrata harus menggunakan kursi roda demi menopang aktivitasnya sehari-hari. Sepeda motornya pun didesain khusus bagi difabel.
ADVERTISEMENT
Namun, Agung memiliki semangat melampaui keterbatasannya itu. Pria asal Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu tercatat sebagai caleg legislator (caleg) untuk DPRD Kabupaten Malang pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Agung menyatakan ingin mewujudkan aspirasi dari teman-temannya yang juga difabel. Salah satunya terkait dengan fasilitas umum yang belum ramah bagi penyandang disabilitas hingga hari ini.
“Latar belakang saya sebagai orang yang berkebutuhan khusus. Sementara di luar banyak fasilitas atau layanan publik (yang tak ramah bagi kaum difabel), terutama lapangan kerja untuk teman-teman difabel. Maka saya ada panggilan hati ke sana (menjadi caleg),” ungkap Agung, Sabtu (23/3).
Agung berpendapat, pemerintah sebenarnya sudah cukup peduli dengan kebutuhan difabel, tapi sampai saat ini semua itu belum cukup. Dia mengatakan, pemerintah belum benar-benar memahaminya. Misalnya, akses yang sulit bagi kaum difabel untuk masuk area Alun-alun Kota Malang.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya jalannya sudah dibuat plengsengan, namun kenapa diportal,” ucap caleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Meskipun mencalonkan diri dari partai politik, Agung mengaku bukan bagian dari anggota partai itu. Dia mengatakan maju sebagai caleg bermula dari tawaran seorang anggota legislatif yang menjadi penyuplai handphone saat Agung menjadi sales. Agung mengatakan tidak ada tim sukses yang digunakan untuk berkampanye.
“Sebenarnya saya bukan orang partai. Hanya ketika saya bekerja sebagai sales (penjual) handphone, kebetulan yang penyuplai saya orang dewan (anggota legislatif),” ujarnya.
“Saya tidak ada tim sukses, hanya ada teman-teman yang bantu. Kalau tim sukses itu dibayar, sedang ini tidak. Sebab saya selalu berpandangan bahwa untuk terjun ke dunia politik itu tidak perlu membutuhkan uang,” sambung caleg dari Daerah Pemilihan (Dapil) 7 yang meliputi Kecamatan Jabung, Poncokusumo, Tajinan, Tumpang, dan Wajak itu.
Yulian Agung Effrata di ruang tamu rumahnya. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Agung hanya berkampanye menggunakan media sosial. Tidak ada satu pun alat peraga kampanye, seperti spanduk, poster, maupun bendera yang dia gunakan.
ADVERTISEMENT
“Jadi saya hanya menggunakan media sosial dan juga sistem door to door (dari rumah ke rumah),” ucap laki-laki yang tinggal di Desa Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, itu.
Awal Mula Menjadi Difabel
Agung sebenarnya terlahir normal tanpa kekurangan apapun. Dia sempat mengalami bagaimana rasanya melangkah, berjalan, maupun berlari. Namun, semuanya berubah ketika dia menginjak usia 4 tahun. Agung divonis mengidap penyakit polio yang akhirnya membuat kedua kakinya lumpuh.
“Saat usia 4 tahun saya sakit panas dan ketika itu saya disuntik. Padahal mestinya tidak boleh. Akhirnya saya terkena polio,” ucap Agung.
Sejak itulah dia menjadi seorang difabel. Kedua kakinya tidak dapat tumbuh dan berkembang. ”Dulu waktu saya usia 4 tahun dan sekarang usia saya 39 tahun. Jadi saya cacat itu selama 35 tahun,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dulu, saat Agung masih anak-anak, banyak perlakuan tidak menyenangkan dari orang lain karena keterbatasan fisiknya, salah satunya saat dia menggunakan kendaraan umum. Namun, dia menganggap semua itu reaksi wajar dari orang-orang terhadap dirinya.
“Saya waktu naik angkutan kota (angkot), bus, dan dokar misalnya. Angkotnya jalan terus. Ketika disetop tapi tidak mau berhenti,” kenang Agung.
”Ya ada yang suka dan ada yang tidak suka, saya rasa itu wajar. Kalau misal ada yang seperti itu (memberi perlakuan tidak menyenangkan), saya diam saja, cuek, dan menanggapinya dengan santai saja,” imbuhnya.
Yulian Agung Effrata (kiri) bersama anak-anak di dekat rumahnya. (foto: Gigih Mazda/Tugu Malang).
Perlakuan tidak menyenangkan itu membuat Agung mendesain sendiri sepeda motornya, sehingga dia dapat bebas beraktivitas di luar rumah. Kini, perjalanan jauh pun dapat dia tempuh seorang diri tanpa merepotkan orang lain.
ADVERTISEMENT
“Dulu saya ini (sepeda motor) desain sendiri, butuh waktu berbulan-bulan untuk trial dan error,” ucap Agung.
Reporter : Gigih Mazda
Editor : Irham Thoriq