Kisah Anak-anak Penjual Buku Doa Witir di Masjid Agung Kota Malang

Konten Media Partner
28 Mei 2019 13:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak yang menjual doa witir di depan Masjid Jami Agung Kota Malang, Senin malam (28/5).(foto: Irham Thoriq/Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak yang menjual doa witir di depan Masjid Jami Agung Kota Malang, Senin malam (28/5).(foto: Irham Thoriq/Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID- "Yang doa witir, yang doa witir," kata Yoga Pradita (11 tahun), seorang anak penjual buku doa witir saat sedang menawarkan dagangannya kepada orang yang melintas di depan Masjid Jami Agung, Kota Malang, Senin malam (27/5).
ADVERTISEMENT
Yoga adalah satu dari sekitar 20 anak yang menjual buku doa witir setiap salat malam digelar di masjid terbesar di Malang itu. Mereka hampir semuanya mengenakan baju koko, dan berkopiah. Persis, seperti seorang anak yang mau mengaji.
Yang mereka jual adalah sebuah buku fotokopian, yang berisi doa witir. Doa yang agak panjang itu, dibaca oleh para jemaah usai salat witir. Adapun salat witir digelar dalam rangka menjemput malam Lailatul Qadar, yang diyakini lebih baik dari malam seribu bulan.
Meski dingin menusuk tulang, tapi anak-anak itu terlihat bersemangat berjualan. Yoga datang ke Masjid Jami sekitar pukul 21.00 WIB, atau dua jam sebelum salat witir digelar. Sekitar jam 21.00 WIB, para jemaah mulai berdatangan memenuhi saf-saf masjid untuk melaksanakan itikaf.
ADVERTISEMENT
"Ini jualan doa witir keinginan sendiri saja, daripada tidak ngapa-ngapain di rumah,” kata Yoga yang merupakan siswa kelas V di SDN Tanjungrejo 1, Kota Malang.
Anak-anak menawarkan doa witir kepada salah seorang jemaah. (foto: Irham Thoriq/Tugu Malang).
Sebagaimana Yoga, kebanyakan anak-anak yang jualan doa witir ini merupakan dari Kelurahan Tulusrejo, Sukun, Kota Malang.
"Saya ke sini dengan sembilan anak. Ada yang naik sepeda motor, ada yang jalan kaki,” katanya. Bagi anak yang berjalan kaki mereka berjalan dari Kelurahan Tulusrejo ke Masjid Jami Agung Kota Malang sekitar 15 menit.
Sebelum menjajakan buku doa witir kepada jemaah masjid, siang harinya, mereka membeli buku doa witir di sebuah fotokopian yang tidak jauh dari masjid.
"Kami beli Rp 2.500, lalu kami jual Rp 5.000,” kata Yoga.
ADVERTISEMENT
Pada malam pertama, acara salat malam yang digelar Sabtu (25/5), Yoga mengaku mendapatkan uang Rp 116 ribu.
"Ya lumayan, buat uang jajan,” katanya.
Sementara itu, Zidan Syaiful Anam (13), salah seorang penjual buku witir yang lain menambahkan, dirinya menjual buku doa witir untuk menabung.
"Di malam pertama saya dapat Rp 70 ribu. Rp 50 ribu saya kasih orang tua, Rp 20 ribu untuk uang saku ke pesantren,” katanya.
Dua bocah di sela-sela jual doa witir.(foto: Irham Thoriq/Tugu Malang).
Ya, setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD) tahun ini, dia akan berangkat nyantri di Pesantren Al Munawariyah, Bululawang, Kabupaten Malang, pada 19 Juni mendatang.
"Manfaat jualan doa witir ini, setelah selesai jualan bisa sambil baca-baca, dapat ilmu,” katanya.
Meski begitu, Zidan mengaku, dia tidak tahu kenapa banyak anak-anak dari Tulusrejo yang berjualan buku doa witir. Hanya saja, yang jelas di kelurahan tersebut banyak kelompok selawat.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami memang dikenalkan dengan selawat, kalau kenapa banyak yang ikut jualan kayaknya karena anak-anak yang lain ikut-ikutan,” katanya.
Reza Marino Nain Bena (12), anak yang juga berjualan buku witir mengatakan kalau mereka sangat menikmati momen-momen berjualan buku witir saat bulan Ramadan. Meski ke masjid, dia harus jalan kaki sejauh 2 kilometer saat larut malam.
"Kalau pulangnya sekitar jam satu malam, jalan kaki juga. Tidak takut karena banyak temannya,” katanya.
Reporter : Irham Thoriq