Kisah Mahasiswa di Wuhan, Kota yang Terdampak Virus Corona

Konten Media Partner
27 Januari 2020 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen Universitas Brawijaya (UB) dan juga mahasiswa doktoral di Huazhong University of Science and Technology (HUST), Wuhan, Hubei, Cina. (Foto: Dokumen Didied Affandy)
zoom-in-whitePerbesar
Dosen Universitas Brawijaya (UB) dan juga mahasiswa doktoral di Huazhong University of Science and Technology (HUST), Wuhan, Hubei, Cina. (Foto: Dokumen Didied Affandy)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Malang – Didied Poernawan Affandy bisa dikatakan beruntung. Sebab, mahasiswa doktoral dari kampus Huazhong University of Science and Technology (HUST) itu sudah kembali ke Indonesia pada 15 Januari lalu sebelum pemerintah China mengunci sejumlah kota akibat mewabahnya virus corona atau 2019-nCov di Negeri Tirai Bambu tersebut.
ADVERTISEMENT
Didied yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) tersebut menempuh pendidikan S3 di HUST, Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Di mana kota tersebut merupakan kota pertama yang teridentifikasi terjangkit virus corona.
Ia pun bercerita tentang kondisi Wuhan sebelum dilakukan karantina. Ia mengungkapkan bahwa meski telah jatuh korban, namun Wuhan masih dalam kondisi normal.
“Kalau waktu di sana itu masih normal walau sudah ada 2 yang meninggal. Sebenarnya di sana bukan tidak bisa keluar. Sebenarnya bisa, tapi tidak berani keluar,” ujarnya.
Ia pun bercerita bahwa pada awal Januari tersebut, Kota Wuhan sudah menjadi sangat sepi karena sedikitnya orang yang berlalu-lalang. Namun, ketika itu ia berpikir bahwa hal itu dikarenakan tengah liburan.
ADVERTISEMENT
“Aku waktu pulang itu masih ada kegiatan. Tapi tidak seramai biasa. Pikiranku waktu itu masih Imlek, jadi masih liburan dan pulang semua ke desa. Pikirku begitu. Mal sepi. Tidak banyak orang. Mungkin karena itu (virus corona, red) juga,” lanjutnya.
Walaupun sama-sama di Kota Wuhan China, ia bercerita bahwa virus corona itu teridentifikasi pertama jauh dari lokasi ia menimba ilmu.
“Saya keluar ya cuman cari makan dekat-dekat di situ. Kalau dari lokasi penyebaran memang jauh. Karena distriknya sebenarnya berbeda. Kira-kira jaraknya bisa lebih dari 100 km,” bebernya.
Ia menyatakan bahwa Wuhan dibagi menjadi tiga distrik, di mana distrik tempat ia menimba ilmu merupakan distrik pendidikan di mana banyak kampus dan institusi pendidikan berada. Sedang virus corona itu menyebar pertama di distrik bisnis.
ADVERTISEMENT
“Itu (menyebarnya virus corona) di distrik bisnis. Distrik itu isinya perdagangan ikan, dan lain sebagainya,” terangnya. Meski begitu ia tidak mengetahui apakah benar di tempat tersebut menjual kelelawar karena ia belum ke distrik tersebut.
Akibat mewabahnya virus tersebut, ia yang seharusnya sudah kembali lagi pada akhir Januari ini ke kampusnya terpaksa harus menunda kepergiannya.
“Itu rencananya mestinya minggu ini balik ke sana (Wuhan, China). Tapi ya ga bisa karena di sana sedang di-lock (dikunci),” terangnya.
Meskipun begitu, ia menyatakan bahwa pihak kampus HUST telah mengumumkan ada penundaan jadwal untuk semester ini.
“Jadi kampus sudah mengumumkan semester depan ini mundur sampai batas waktu yang belum ditentukan. Jadi untuk sementara perkuliahan ditunda,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT