Kisah Rheo Anugra, 8 Tahun Terjerat Bisnis Lelang

Konten Media Partner
14 Mei 2019 13:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Rheo Anugra dalam sebuah kegiatan Komunitas Anti Riba.(foto gigih mazda/Tugu Malang).
zoom-in-whitePerbesar
Rheo Anugra dalam sebuah kegiatan Komunitas Anti Riba.(foto gigih mazda/Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Perasaan Rheo Anugra gamang. Meski bisa dikatakan mapan dan telah 11 tahun lamanya bekerja di dunia perbankan pada divisi lelang, Rheo dihantui perasaan bersalah. Ia menganggap pekerjaannya membuat hubungan ‘silaturahmi’ dengan masyarakat renggang.
ADVERTISEMENT
Hingga pada tahun 2015, ia memberanikan diri untuk keluar. Kini, ia justru menyediakan layanan ambulans gratis dan juga memilih untuk berbisnis agen travel umrah. Tak hanya itu, kali ini dia juga aktif agar tidak terjerat pekerjaan dengan risiko riba.
”Saya dulu berkerja di divisi lelang, dan saya merasa pekerjaan saya membuat hubungan saya dengan orang menjadi kurang baik,” terang pria kelahiran Prabumulih, Sumatera Selatan tersebut.
Pada divisi lelang tersebut, ia kerap kali merasa banyak melakukan dosa lantaran menyita rumah seseorang dan membuat anggota keluarga bersangkutan harus terlantar. ”Sebab aset ini tidak hanya di tempati nasabah itu sendiri, tetapi juga keluarga, anak, istri,” terangnya. Ia juga bercerita bahwa banyak nasabah meminjam hutangan tersebut menggadaikan surat tanah dan rumah tidak hanya miliknya, melainkan saudara atau orang tuanya. Hal itulah yang menjadikan Rheo untuk berpikir ulang akan pekerjaan yang ia geluti sejak 2004 hingga 2015 tersebut.
ADVERTISEMENT
”Dan yang membuat saya takut itu, ada salah seorang yang menepmpati aset tersebut, kemudian diantaranya ada yang mendoakan jelek ke saya. Sebab pasti orang tersebut tidak terima rumahnya disita,” terangnya. Selain itu, ia juga bertutur bahwa ia ingin istri dan anaknya selamat.
Tak hanya dengan hubungan nasabah, ia juga merasa bahwa di kantornya kian tidak kondusif lantaran adanya ketidakcocokan antara hutang nasabah, dengan nilai aset yang bakal dilelang.
”Sebab bisa jadi aset tersebut tidak senilai dengan itu (nilai hutan). Bisa jadi lebih rendah. Akhirnya saya juga berkonflik dengan internal kantor yang saat itu mensurvei dan menyetujui pemberian hutang itu kepada nasabah,” bebernya.
Hal itulah yang membuat dirinya keluar dan fokus untuk menebusnya dengan cara menjaga hubungan baik dan menghindari pekerjaan yang menjerumuskan dirinya pada dosa riba.
ADVERTISEMENT
”Akhirnya saya membaca sebuah tulisan di Facebook tentang riba. Setelah membaca saya akhirnya bergabung dan aktif di Komunitas Tanpa Riba ini,” imbuhnya.
Ia juga bercerita bahwa ia saat ini ia memberikan layanan ambulans gratis untuk masyarakat, yakni bernama Ambulans Wiuwiu. “Kalau dulu kan sebagai karyawan. Kalau sekarang saya banyak aktif di ambulans gratis itu, dan juga pekerjaan sebagai agen travel umrah,” terang pria kelahiran 9 Desember 1976 itu.
Ia menjelaskan bahwa pekerjaannya saat ini adalah dengan membuka kantor perwakilan untuk Aryati Tour and Travel yang ia dirikan sejak tahun 2017 lalu.”Kalau untuk ambulans gratis ini, mungkin semacam penebusan dosa lah,” tandasnya.
Ikuti story liputan khusus tentang anti riba di tugumalang.id atau kumparan.com/tugumalang
ADVERTISEMENT
Reporter: Gigih Mazda
Editor: Irham Thoriq