Kisah TKW Malang di Yordania: 12 Tahun Tak Dibayar, Tak Bisa Pulang

Konten Media Partner
22 Februari 2019 18:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
AKHIR PENANTIAN: Dyah Anggraeni (dua dari kiri) sudah berkumpul dengan keluarganya di Jalan Laksamana Martadinata Kota Malang. (Foto: Gigih Mazda / Tugumalang.id)
zoom-in-whitePerbesar
AKHIR PENANTIAN: Dyah Anggraeni (dua dari kiri) sudah berkumpul dengan keluarganya di Jalan Laksamana Martadinata Kota Malang. (Foto: Gigih Mazda / Tugumalang.id)
ADVERTISEMENT
Dyah Anggraeni (37), Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kota Malang, tersandera selama 12 tahun di Yordania. Majikannya tidak mengizinkan dia bebas berkomunikasi dengan orang lain dan tidak mengizinkannya pulang. Bahkan, Dyah tidak mendapat gajinya sepeser pun.
ADVERTISEMENT
***
Minggu pagi, 2 Desember 2018, suasana sebuah rumah di Jalan Montika Zabal Dzuhur, Kota Amman, Yordania, masih lengang. Meski waktu telah menunjukkan pukul 08.00 waktu setempat, penghuni rumah masih tertidur lelap. Saat itulah Dyah Anggraeni mengambil keputusan berani. Dia kabur dari rumah majikannya setelah 12 tahun bekerja.
Dyah teguh mengambil keputusan itu walau tak ada sepeser pun uang yang dibawanya. Tujuan pertamanya ialah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kota Amman.
Kisah ini dia ungkapkan kepada wartawan tugumalang.id di rumahnya di Jalan Laksamana Martadinata, Gang 6B Nomor 33, Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, pada Jumat pagi (22/2).
”Saat itu pukul 08.00 pagi, tapi majikan masih tidur. Saat itulah saya memberanikan diri untuk kabur,” ucap perempuan kelahiran 5 Januari 1982 itu.
ADVERTISEMENT
Dia menceritakan pergi ke KBRI Amman dari rumah majikannya menggunakan taksi. ”Beruntung sopir taksinya baik. Meski saat saya bilang tidak memiliki uang sepeser pun, ia tetap menolong untuk mengantar saya,” imbuh ibu satu orang putri tersebut.
Sesampanya di KBRI Amman, Dyah memminta tolong kepada seseorang untuk membayar ongkos taksi. Namun sang sopir taksi menolaknya.
Kemudian Dyah menceritakan kisahnya kepada petugas KBRI Amman dan mendapat perlindungan, sementara keperluan dan hak-hak Dyah sebagai TKW yang tak menerima gaji selama 12 tahun bekerja diurus oleh petugas KBRI Amman.
”Akhirnya saya cerita bahwa saya ditanya-tanya kenapa kabur. Dan saya bilang bahwa saya bekerja tidak digaji,” ucap Dyah. "Mereka (petugas KBRI Amman) semua baik, mereka membantu saya hingga sekarang saya bisa pulang bersama keluarga saya,” sambung Dyah dengan suara parau dan mata berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Dyah mendapat bantuan KBRI Yordania untuk mengurusi berkas-berkas pemulangannya selama 2,5 bulan. Sedangkan masalah Dyah dengan majikannya diselesaikan dengan cara berdamai. Dyah mendapat gaji dari majikannya sebesar USD 9.000, walaupun jumlah itu tak sebanding dengan gaji yang seharusnya didapat Dyah dari hasil bekerja selama 12 tahun.
”Jadi selama 2,5 bulan itu saya juga terus bertemu dengan majikan saya di kantor (KBRI Amman),” ucap anak pertama dari sembilan bersaudara itu.
”Mungkin sebenarnya (jumlah gajinya) lebih dari itu, tetapi sang majikan juga tidak punya uang sebanyak itu. Akhirnya, daripada tidak membawa apa-apa, saya tidak apa-apa,” kata Dyah.
CERIA: Suasana di KBRI Jordania, di Kota Amman, akhir tahun lalu. Masih ada 22 TKW yang mendapat penanganan dari petugas disana. (Foto: Dyah Anggraeni untuk Tugumalang.id)
Dyah menilai sebenarnya majikannya merupakan orang yang cukup baik. Dyah tidak pernah mendapat tindakan kekerasan secara fisik dan dapat bebas keluar rumah. Masalah dengan majikannya adalah Dyah tak mendapat gaji dan tidak diizinkan pulang ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
”Jadi ya hanya itu. Saya hanya dijanjikan saja untuk pulang, tetapi selama 12 tahun ini saya tetap tidak bisa pulang,” kata Dyah.
Dyah beruntung dapat pulang ke Indonesia dan kembali berkumpul bersama keluarganya. Sedangkan, dia menceritakan, masih ada 22 TKW yang berada di KBRI Yordania yang memiliki masalah serupa seperti yang dialaminya: tidak diizinkan pulang dan tak digaji selama lebih dari sepuluh tahun.
”Waktu di sana (KBRI Yordania), ada 27 TKW bernasib sama. Banyak yang tidak bisa pulang,” ucapnya.
KEMBALI KE TANAH AIR: Dyah Anggraeni (dua dari kiri) saat diantar KBRI Jordania menuju bandara. (Foto: Dyah Anggraeni untuk Tugumalang.id)
Awal Dyah Berangkat ke Yordania
Dyah mendapat tawaran dari seseorang untuk bekerja di Yordania pada 2006. Saat itu ayah Dyah, Muhammad Suwandi, baru saja meninggal dunia. Dyah pun menerima tawaran itu karena menjadi tulang punggung bagi putrinya yang masih berusia 3 tahun dan delapan adiknya.
ADVERTISEMENT
”Ketika itu saat saya jualan cincau, terus ada orang pembeli yang menawari saya untuk berangkat ke luar negeri. Satu-dua kali pertama saya tidak goyah (menolak tawaran itu). Namun, pada tawaran keempat, akhirnya saya menerima hal itu,” kata Dyah.
Ibu Dyah, Prapti Utami, sempat melarangnya untuk bekerja sebagai TKW di luar negeri. Namun, karena didesak kondisi ekonomi keluarga, Dyah tetap memutuskan untuk berangkat.
Negara tujuan Dyah bekerja mulanya adalah Arab Saudi, bukan Yordania. ”Tapi saat itu saya tidak lolos karena kurang tinggi. Akhirnya ditawari pergi ke Yordania, saya mau saja dan berangkat ke sana,” ucapnya.
Sejak sampai di tanah asing Yordania itulah, Dyah putus kontak dengan keluarganya.
PEJUANG DEVISA: Dyah Anggraeni (kiri) mendapat sertifikat dari KBRI Jordania. (Foto: Dyah Anggraeni untuk Tugumalang.id)
Reporter: Gigih Mazda
ADVERTISEMENT
Editor: Irham Thoriq
Foto: Gigih Mazda dan Dyah Anggraeni untuk tugumalang.id