Kyai Noer Iskandar Tutup Usia, Keluarga Kehilangan Sosok Suri Teladan

Konten Media Partner
14 Desember 2020 16:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosok KH Noer M. Iskandar semasa muda (paling kiri) bersama tiga saudara saat di senayan. Dari kiri : KH Noer M Iskandar, KH Anwar Iskandar dan KH Noer Hadi Iskandar Al Barsany. Foto : Dok.
zoom-in-whitePerbesar
Sosok KH Noer M. Iskandar semasa muda (paling kiri) bersama tiga saudara saat di senayan. Dari kiri : KH Noer M Iskandar, KH Anwar Iskandar dan KH Noer Hadi Iskandar Al Barsany. Foto : Dok.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Pendiri sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya, Jakarta Barat Kiai Noer Iskandar wafat pada Ahad (13/12). Beliau mengembuskan napas terakhir pada pukul 13.41 WIB di RS Siloam Kedoya usai menjalani tindakan operasi akibat penyakit komplikasi yang dideritanya selama ini.
ADVERTISEMENT
Berpulangnya Kiai Noer ini tentu meninggalkan duka mendalam bagi sanak keluarga dan keluarga besar Ponpes Asshiddiqiyah ini. Seperti dikatakan adik mendiang, Nur Shodiq Askandar. Pria yang akrab disapa Gus Shodiq selaku Ketua LP Maarif NU Jawa Timur ini merasa kehilangan sosok suri teladan.
''Saya banyak belajar dari beliau. Di mata saya, beliau itu suri tauladan saya. Terutama soal kegigihan beliau dalam berjuang sepanjang umur hidupnya,'' tutur dia kepada reporter, Senin (15/12).
Hasil perjuangan paling nyata, kata dia, adalah Ponpes Asshidiqiyah sendiri yang bahkan sudah berdiri dan memiliki ribuan santri di banyak daerah di Indonesia. Kiai Noer Iskandar merupakan sosok ulama yang sukses membangun tradisi keilmuan pesantren di jantung Ibu Kota.
ADVERTISEMENT
''Beliau sangat gigih, saya ingat beliau berangkat sendiri ke Jakarta sejak 1980 itu dan mulai nol hingga sampai mengembangkan sampai 13 lebih ponpes yang tersebar di berbagi penjuru indonesia,'' kisahnya.
Selain itu, ada banyak ilmu yang diwariskan Kyai Noer ini, terutama bagi kemaslahatan Ponpes. Salah satunya adalah soal perekonomian umat dengan mencetuskan Koperasi Pesantren (Kopontren) pertama di Indonesia.
''Beliaulah Ketua Induk Kopontren pertama. Itu sangat patut dikenang,'' kata Gus Shodiq yang juga kini menjabat sebagai Wakil Rektor II Unisma ini.
Terlepas dari semua itu, sosok kedermawanan dari beliau adalah yang utama. Perhatiannya terhadap kaum dhuafa, kata Gus Shodiq, sangat besar. Gus Shodiq bahkan sampai terinspirasi membuat gerakan 3 S (Sodaqoh Sedino Sewu) dan Rumah Sedekah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, konsistensi beliau dalam menjalankan ibadah juga terbilang patut diteladani. ''Sejak muda beliau konsisten melakukan puasa daud. Bahkan saat sakit kemarin itu beliau masih bersikeras untuk puasa. Selama hidup, santri-santri juga wajib salat tahajjud setiap hari bersama beliau,'' ujarnya.
Namun, semua itu kini hanya menyisakan kenangan dan patut untuk diteruskan generasi santri penerus. Jenazah Kiai Noer Iskandar disemayamkan di kompleks Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya, wafat di usia 65 tahun.
Kiai yang juga mendirikan cabang Pesantren Asshiddiqiyah di sejumlah daerah ini merupakan putra kesembilan dari sebelas bersaudara, dari pasangan KH Iskandar dengan Nyai Robiatun.
Beliau tutup usia, usai menjalani operasi atas penyakit komplikasi yang dideritanya sejak lama. Sudah 5 tahun ini beliau cuci darah. Terakhir, dideteksi ada batu ginjal dan empedu. Namun hingga pasca operasi berlangsung, kondisinya terus melemah. Ternyata Allah lebih sayang sama beliau,'' pungkasnya.
ADVERTISEMENT