LP2M UM Dampingi Guru TK/RA Menulis Cerita Responsif Gender

Konten Media Partner
2 Oktober 2020 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Inisiasi Pendidikan Gender Sejak Dini

Cerita Responsif Gender. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Cerita Responsif Gender. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Nilai kesalingan harus ditumbuhkembangkan dan dijaga. Sebab, sangat penting untuk membentuk kehidupan yang harmonis dan mulia.
ADVERTISEMENT
Kesalingan yang dilandasi prinsip kasih sayang dan saling menghormati, akan menghilangkan bentuk-bentuk ketidakadilan dalam hubungan manusia. Seperti diskriminasi, marjinalisasi, subordinasi, stigmatisasi, beban ganda, dan kekerasan.
Untuk meningkatkan kesadaran tersebut, Pusat Gender dan Kesehatan LP2M Universitas Negeri Malang (UM), mendampingi guru-guru RA/TK di Kota Malang menulis cerita untuk pendidikan yang responsif gender.
Cerita Responsif Gender. Foto: dok
Kegiatan yang diikuti 25 guru TK/RA Muslimat Kota Malang ini, dimulai sejak 28 Agustus 2020. Sesuai rencana, kegiatan dilakukan dalam bentuk pelatihan daring sebanyak 5 sesi.
Selain itu, kegiatan diskusi juga berlangsung dalam grup belajar daring yang dibentuk. Cerita yang ditulis oleh para guru ini adalah cerita responsif gender.
Kepala Pusat Gender dan Kesehatan LP2M UM, Dr Azizatuz Zahro, MPd, berharap kegiatan ini memberi perspektif baru bagi para guru yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran untuk anak usia dini.
Cerita Responsif Gender. Foto: dok
"Cerita responsif gender merupakan cerita yang ditulis untuk menumbuhkan kesadaran bahwa perbedaan gender tidak boleh meyebabkan ketidakadilan," jelas Azizatuz.
ADVERTISEMENT
Salah satu tim dosen, Edi Widianto SPd MPd, menambahkan bahwa gender berbeda dengan jenis kelamin yang merupakan kodrat. "Gender merupakan konstruksi yang dapat berkembang dan berubah," terang Edi.
"Pada masa ketika kesadaran bahwa perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang setara maka diperlukan adaptasi semua pihak agar kehidupan berjalan harmonis," imbuhnya.
Salah satu guru peserta pendampingan penulisan cerpen responsif gender, Mutini, menyatakan bahwa kegiatan ini bermanfaat baginya. Dia dapat memberikan pesan positif melalui cerpen yang ditulisnya.
“Ini pengalaman penting bagi saya, agar saya dapat membacakan cerita ini bersama siswa-siswa saya dan dapat mengenalkan perspektif gender sejak awal,” tuturnya.
Dalam kegiatan yang melibatkan dosen, mahasiswa, dan alumni UM ini, para guru diberi model cerpen anak responsif gender oleh pemateri.
ADVERTISEMENT
Salah satu pemateri adalah Dr Ari Ambarwati SS MPd, dosen Unisma yang juga pemerhati dan penulis cerita anak.
Bunda Ambar, demikian alumni Pascasarjana UM ini biasa dipanggil, menjelaskan bahwa cerita anak dapat diberi muatan responsif gender melalui penokohan atau perwatakan cerita yang mendukung kesetaraan gender.
"Tokoh utama tak harus perempuan. Bisa juga tokoh lelaki yang memiliki sikap dan pandangan yang menyokong kesetaraan gender," paparnya.
Kegiatan pendampingan ini diakhiri dengan ulasan terhadap cerita masing-masing peserta. Setelah itu, cerita peserta akan diterbitkan dalam kumpulan cerita Kids Khair.(ads)