Mau Lebaran Lagi, Takut Ditanya Kapan Nikah?

Konten Media Partner
16 Mei 2020 13:42 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Dr Elok Halimatus, seorang pakar psikologi dari UIN Malik Ibrahim Malang.
MALANG- Bulan puasa sudah mau usai. Selain tetap konsentrasi melaksanakan ibadah puasa, tapi mungkin akan ada kegalauan bagi muda-mudi. Khususnya, bagi mereka yang masih jomlo. Ups, bukan tanpa sebab pastinya. Karena, sebentar lagi akan lebaran dan seperti biasa mungkin juga akan banyak pertanyaan muncul tentang masa depan. Salah satunya ‘kapan nikah’?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan ini memang lumrah muncul bagi mereka yang sudah biasa memasuki umur diatas 23 tahun dan belum memilih jenjang pernikahan. Bagaimana kiat menghadapi kala pertanyaan itu datang dari sanak saudara?
Sabtu (16/5) pagi, tugumalang.id dalam edisi weekend berkesempatan live instagram bersama Dr Elok Halimatus, seorang pakar psikologi dari UIN Malik Ibrahim Malang. Dalam perbincangan satu jam tersebut, Elok meminta bagi jomlowan atau jomlowati untuk tetap tenang atau menjawab pertanyaan yang bisa mengganggu itu dengan cantik. “Annoying question atau pertanyaan menjengkelkan itu harus dijawab dengan cara cantik dan baik,” ungkap Elok kepada tugumlang.id.
Menurtnya hal itu, momentum lebaran sangat biasa ada pertanyaan demikian. Ia berharap anak muda menanggapinya biasa saja, tapi harus memikirkan tentang pertanyaan itu. Karena, pernikahan salah satu tugas perkembangan manusia. “Jadi, kalau tidak bisa menjawab ya dikasih senyum saja, tapi lebih baik dijelaskan kepada orangtua kalau itu yang tanya orangtua,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT

Proses menjelaskan itu, kata Elok, ialah bagian dari ikhtiar untuk mencari pasangan yang cocok. Menurutnya, pasangan itu harus dipilih secara matang oleh orang yang akan menjalaninya, bukan malah dorongan dari luar yang mendominasi. Elok menjelaskan setiap pasangan pasti menginginkan berhasil melewati segala permasalahan ketika menikah nanti. Jadi, pernikahan ialah proses untuk mencari kebahagiaan. “Gagalnya rumah tangga bukan karena tidak ada cinta, tapi karena gagal merawat cinta,” tegasnya.
Reporter: Rino Hayyu Setyo