Melihat Senyum Anak Desa Sumber Brantas di Pengungsian
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID- Tawa keriangan para bocah mulai menderu. Bernyanyi, menggambar, dan bercerita memadati ruang mushala Senin (21/10) siang di pengungsian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu. Para anak tersebut merupakan warga Desa Sumber Brantas, Kota Batu yang diungsikan karena bencana angin kencang. Mereka terpaksa bermain dengan seadanya untuk mengobati rasa cemasnya setelah mendapatkan serangan angin kencang dari lereng Gunung Arjuno.
“Nggak bisa ketawa kemarin (Minggu,red). Semua ketakutan kena angin itu. Soalnya rumah-rumah jadi berantakan,” tutur Jumanti. Perempuan 58 tahun itu duduk di pojok mushala. Ia masih terlihat tak banyak bicara. Jumanti duduk bersimpuh dan bersandar ditembok hijau. Sesekali kedua tangannya menggenggam dan menyangga dagu. Matanya melihat kedua cucunya yang menggambar dan bermain puzzle bersama relawan. Mereka ialah Adam Mahendra, 6, dan Raka Sanjaya, 3. Ekspresi yang tampak dimata Jumanti siang itu diakui berbeda. Menurutnya, mulai pagi ini kedua cucunya itu mendapatkan hiburan dari para relawan. Mereka diajak untuk bermain-main terus. “Pokok ben lali, Mas. Angine banter eram ndek wingi niku (Biar lupa. Anginnya terlalu kencang kemarin itu,red),” imbuh Jumanti saat ditemui Tugumalang.id.
Ada hal yang tidak bakal dilupakan Jumanti selama hidup di Desa Sumber Brantas, Kota Batu. Angin kencang itu tidak hanya meniup debu dan kerikil untuk menyerang warga. Akan tetapi, Minggu (20/10) kemarin itu juga membawa asap akibat dari kebakaran di Gunung Arjuno. Dua faktor inilah yang Jumanti mengira jika kedua cucunya sempat pucat layu. “Disini sudah mendingan pas dibawa tengah malam itu,” katanya sambil memeluk Raka, adik bungsu Adam.
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di lokasi pengungsian, lanjut Jumanti, Adam dan Raka mulai berangsur merona. Terlebih ketika mendapatkan hiburan dari para relawan. Mereka diajak untuk terus beraktivitas. Sehingga, kedua cucunya bisa kembali tersenyum.
Celotehan anak bersahutan ketika Hansvitto Putra bercerita dengan media boneka. Mereka berusaha menghibur para bocah itu agar tidak murung. Apalagi dengan kepadatan pengungsi di kantor BPBD Kota Batu bisa, selain sangat membosankan dikhawatirkan akan membuat anak-anak stres karena situasi yang belum stabil. Lalu-lalang bantuan makanan dan petugas yang melakukan pendataan terus bersliweran.
“Sebenarnya kami hanya mengirim bantuan logistik dan donasi, tapi apa salahnya kalau kita standby disini juga buat menghibur mereka (anak-anak,red),” terang Hans mahasiswa Institut Tristar Batu ini. Mahasiswa jurusan D3 Perhotelan ini merasakan betapa tawa anak-anak ini berarti sekali. Sebab, ketika datang di pengungsian, Hans melihat secara langsung mereka masih tampak murung. Senyuman pun tak kunjung datang. Ia mewajari kondisi ini, sebab situasinya tidak menentu. “Apalagi mereka juga baru saja datang di pengungsian, jadi ya kita hibur disini,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter : Rino Hayyu Setyo