MJF Bahas Pers Kredibel dan Berkualitas di Era Digital

Konten Media Partner
23 April 2021 11:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penguji PWI, Nurcholis (tengah), bersama Ketua PWI Malang, Cahyono (kanan), dan CEO Paragon, Salman Subakat (kiri). Foto Rubianto.
zoom-in-whitePerbesar
Penguji PWI, Nurcholis (tengah), bersama Ketua PWI Malang, Cahyono (kanan), dan CEO Paragon, Salman Subakat (kiri). Foto Rubianto.
ADVERTISEMENT
MALANG - Agenda Malang Jurnalis Forum (MJF) memasuki sesi keempat pada Kamis 22 April 2021. Kali ini, diskusi 'Bincang Ramadan Forum Jurnalis Malang Raya' ini membahas tema spesifik, yaitu membincang soal 'Inovasi dan Tantangan Pers di Era Komunikasi Digital'.
ADVERTISEMENT
Dalam pembahasan tema ini melibatkan para empunya. Mulai dari CEO Paragon Technology & Innovation, Salman Subakat, Mantan Wartawan dan Pakar Komunikasi Nasional, Dr Aqua Dwipayana, Ketua AJI Malang Raya, M. Zaenuddin, Ketua PWI Malang Raya, Cahyono dan juga Nurcholish MA Basyari selaku Tim Penguji UKW di Dewan Pers.
Pada intinya, tantangan pers di era digital saat ini kuncinya ada pada kualitas produk jurnalistik dan kredibilitas media. Ketua PWI Malang Raya, Cahyono menuturkan, wartawan yang kredibel adalah yang punya sertifikasi kompetensi. Begitu juga dengan medianya, juga telah terverifikasi di Dewan Pers.
Ketua PWI Malang, Cahyono (tengah) dan Ketua AJI Malang, Zainuddin (paling kiri) mendapatkan cinderamata dari CEO Paragon, Salman Subakat (paling kanan). Foto Rubianto.
Itu, kata dia adalah kunci dalam membangun trust (kepercayaan) sebuah media, baik di mata publik maupun pihak sponsorship. Apalagi di era digital saat ini, dimana informasi seolah datang bak banjir bandang. Disinilah peran media dituntut hadir.
ADVERTISEMENT
''Tapi yang saya lihat saat ini, khususnya wartawan muda agaknya masih perlu meningkatkan kapasitas dirinya, terkait wawasannya dalam hal kaidah, prinsip dan etika jurnalistik hingga UU Pers,'' kata Cahyono.
Sebab itu, PWI Malang Raya sebagai salah satu organisasi profesi jurnalis nanti akan lebih concern pada sertifikasi kompetensi wartawan. Khususnya bagi wartawan milenial yang perlu diberi edukasi dan pemahaman bagaimana menjadi jurnalis yang baik.
Hal senada dikatakan Ketua AJI Malang Raya, M. Zaenuddin, bahwa selain kredibilitas, pers juga harus terus menjaga fungsinya sebagai pilar demokrasi. Kendati dihadapkan dengan berbagai problema media di era digital, hal itu tetap harus dipegang teguh.
Kata Zaenuddin, jurnalistik hari ini memang sedang dihadapkan pada dilema antara kecepatan informasi dan mempertahankan akurasi informasi. Disitulah muncul fenomena jurnalis copy paste yang bagi dia cukup menyedihkan.
Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana (kanan) memberikan tanda tangan pada kenang-kenangan dari CEO Tugu Media Group, Irham Thoriq (kiri). Foto Rubianto.
''Itu nyata, sering saya lihat. Tapi itu semua juga lahir karena industri media sendiri yang menuntut wartawannya dengan target berlebih. 5 berita sehari itu menurut saya sudah berat,'' kata dia.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, media, khususnya jurnalis masih dihadapkan dengan benturan para audiens atau masyarakat. Seperti dialami rekan jurnalis di Malang yang kena kasus doxing. Itulah sejumlah tantangan pers di dunia digital yang memang harus dihadapi.
Sebab itu, insan pers masih perlu mawas diri dan berhati-hati dalam menyerap suatu informasi. Disiplin vrifikasi dan konfirmasi adalah rukun iman. ''Jangan hanya ikut menggelundungkan informasi, tanpa verifikasi dan konfirmasi. Setidaknya, pers harus jadi wasit atas suatu informasi,'' pungkasnya.
Akhir kata, Pakar Komunikasi Nasional, Dr Aqua Dwipayana yang juga mantan wartawan senior menambahkan, selain kualitas dan kredibilitas, apa yang harus dibangun insan pers di era euforia media hari ini adalah silaturrahmi.
''Kualitas, kredibilitas dan terus konsisten menjaga silaturrahmi, saling berjejaring. Silaturrahmi, bagaimanapun bentuknya adalah hal utama dalam membangun sesuatu,'' pungkasnya.
ADVERTISEMENT