Momentum Perubahan di Idul Fitri

Konten Media Partner
29 April 2022 23:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puguh Wiji Pamungkas.dok
zoom-in-whitePerbesar
Puguh Wiji Pamungkas.dok
ADVERTISEMENT
Oleh : Puguh Wiji Pamungkas*
Pada tahun ke 2 hijriyah, 14 abad yang lalu, perintah melaksanakan puasa dan perayaan hari raya Idul Fitri untuk kali pertama di lakukan Rasullah SAW dan para sahabat.
ADVERTISEMENT
Tepat satu tahun pasca Rasulullah sampai di Madinah dan membentuk negara Madinah, perintah di wajibkannya puasa Ramadhan diturunkan bertepatan dengan peristiwa perang Badar, yakni peperangan pertama kali yang di alami oleh Rasulullah dan para sahabat melawan kaum Quraisy dengan komposisi resources yang tidak seimbang.
Perang badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan itu, bukan hanya telah menguras tenaga, fikiran dan air mata kaum muslimin, akan tetapi sekaligus menjadi penanda bagi kehidupan baru di fase awal Rasulullah hijrah ke Madinah. Pasca peristiwa Badar, pertumbuhan jumlah kaum muslimin bertambah secara eksponensial, dan bukan hanya itu, tatanan masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan konsep Negara Madinah telah di mulai dan menjadi sumber rujukan bagi banyak bangsa saat itu.
ADVERTISEMENT
Kaum muslimin dalam sepanjang perjalanannya telah menjalani 1.442 kali puasa dan merayakan hari raya Idul Fitri sejak di turunkanya perintah untuk melakukan hal ini. Dalam sepanjang sejarah itu pula, kita menyaksikan betapa luar biasanya dampak yang di hasilkan oleh momentum puasa dan Idul Fitri ini, dimana mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas dan kemajuan peradaban Islam.
Kata kuncinya adalah di dampak dan perubahan yang di hasilkan selama kita menjalani ibadah puasa dan Hari Raya Idul Fitri, berubah menjadi lebih baik dan berdampak bagi orang-orang di sekitar kita.
Momentum perubahan yang berdampak luar biasa itu juga di contohkan oleh orang-orang Jepang, 77 tahun yang lalu pasca Amerika Serikat menjatuhkan Bom Atomnya ke Kota Hiroshima dan Nagasaki, seketika itu juga kehidupan masyarakat Jepang hancur, mereka seolah tidak ada harapan lagi, bahkan banyak peniliti yang mengatakan bahwa tidak akan ada kehidupan di bekas jatuhnya Bom Atom itu selama lebih dari 70 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun siapa sangka, bahwa beberapa hari pasca jatuhnya Bom Atom, bunga oleander tumbuh mekar di bekas jatuhnya bom yang menewaskan hampir 150.000 penduduk Jepang saat itu. Bunga kapur barus pun ikut tumbuh, bersemi, seolah memberikan penanda bahwa peristiwa bom atom ini justru menjadi momentum bagi kebangkitan masyarakat Jepang.
Perubahan adalah sebuah keniscayaan, bangsa kita yang lebih dari dua tahun ini di hantam oleh badai wabah covid-19, tentu membawa dampak kerugiaan yang tidak sedikit dan dampak kehidupan yang cukup signifikan. Ada 30 juta lebih UMKM dari totalnya 64 juta yang harus gulung tikar gara-gara pandemi, ada banyak perusahaan yang tidak mampu lagi menggaji karyawanya, ada banyak kredit macet, ada banyak permasalahan-permasalahan sosial yang di timbulkan akibat pandemi kemarin.
ADVERTISEMENT
Hari ini kita patut untuk bersyukur dan berbahagia, karena berangsur bangsa kita akan terlepas dari ancaman wabah Covid 19, bahkan banyak negara-negara lain yang sudah mendeklarasikan berstatus endemi. Artinya, harapan dan optimisme akan perubahan menjadi lebih baik pasca hantaman wabah selama dua tahun kemarin, sepertinya akan menjadi kenyataan yang mampu memulihkan seluruh masyarakat dan bangsa.
Idul Fitri kali ini akan menjadi Idul Fitri pertama yang menandakan bahwa kehidupan baru akan di mulai, bahwa manusia dan bumi telah kembali disucikan untuk memulai kembali kehidupan baru, langkah baru, target-target baru, kemulyaan dan kemakmuran baru. Idul Fitri yang di maknai sebagai hari kemenangan, kali ini benar-benar menjadi momentum bagi kita semua, bahwa kemenangan kita sebagai manusia untuk kembali bermartabat dan makmur akan segera bisa terwujud.
ADVERTISEMENT
Gairah ekonomi sudah kembali membaik, sektor-sektor bisnis yang dulu tutup dan gulung tikar pada saat pandemi, kini sudah muali buka kembali, mata rantai ekonomi dan bisnis perlahan sudah mulai terlihat "sumringah", geliat jual beli dan transaksi-transaksi bisnis kembali menguat. Semua ini adalah pertanda bahwa optimisme dan harapan untuk perubahan individu dan masyarakat menjadi lebih baik telah kembali.
Keyakinan dan kesiapan mental harus kita jaga untuk menyambut "musim semi" ini, kita semua harus memiliki mentalitas baja dan ketangguhan ekstrem untuk melakukan perubahan dalam diri dan keluarga. Momentum Idul Fitri yang sekaligus sebagai simbol kemenangan iman harus kita maknai untuk terus "persisten" dalam mewujudkan perubahan dalam diri kita.
Strategi terbaik, persiapan terbaik dan langkah-langkah eksekusi terbaik juga harus kita persiapkan dan lakukan pada momentum Idul fitri kali ini. Karena tidak dapat di pungkiri bahwa untuk sampai pada level kesuksesan yang kita impikan, maka kita harus memiliki kedisiplinan dalam berfikir, kedisiplinan dalam mengeksekusi setiap rencana dan kedisiplinan diri yang tinggi dalam merencanakan dan menjalankannya.
ADVERTISEMENT
"Tidak akan berubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah nasib mereka sendiri", begitulah kira-kira penggalan Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, yang sekaligus sebagai perintah tegas dari Allah SWT, bahwa kita semua sebagai makhluk-Nya, memiliki kewajiban untuk terus berubah menjadi lebih baik. Kehidupan kita harus semakin bahagia, memiliki banyak karya dan kontribusi, bertambah kekayaan dan kemakmurannya, bertambah ilmunya, bertambah sahabat dan networkingnya dan berubah menjadi lebih besar, lebih baik dan lebih makmur serta mulya.
Idul Fitri adalah momentum perubahan, oleh karenanya jangan sia-siakan momentum berharga ini, menjadi monentum yang terlewat begitu saja. Mari kita banyak belajar kepada Jepang, yang bahkan dengan momentum kesedihannya itu, mampu menjadi tonggak bagi perubahan masyarakat dan bangsanya, mari kita banyak belajar dari kisah perjalan Rasulullah SAW, yang menjadikan seluruh peristiwa dan kejadian dalam sepanjang perjalan dakwahnya menjadi tonggak perubahan bagi kaum muslimin hingga saat ini, Karena tonggak perubahan itu ada pada diri kita sendiri.(*)
ADVERTISEMENT
*Founder dan Owner RSU Wajak Husada AVP GENPRO Jatim Tapal Kuda