Nasi Lengko, Kuliner Legendaris Khas Tegal yang Eksis di Kota Malang

Konten Media Partner
4 Oktober 2019 12:39 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan nasi lengko yang berada di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan nasi lengko yang berada di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID-Kota Malang dikenal sebagai 'surga' bagi para pecinta kuliner. Bahkan, kuliner khas daerah lain ada di tempat ini. Salah satunya, adalah nasi lengko yang merupakan kuliner khas Tegal, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Kuliner ini bisa ditemukan di sebuah warung sederhana di Jalan MT Haryono Gang 19, Kota Malang. Sukirman, pemilik warung menjelaskan, dia sudah berjualan selama 20 tahun."Mulai tahun 1999, awalnya di dalam kampus samping masjid UB (Universitas Brawijaya), terus pindah tahun 2011, soalnya ada pembangunan," ucap saat ditemui, Jum'at (4/10).
Lauk lauk dan gorengan sebagai pelengkal nasi lengko di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
Nasi lengko yang sekilas mirip dengan nasi pecel itu, rupanya banyak diminati masyarakat dan mahasiswa Kota Malang. Tak heran jika warung ini sudah ramai sejak pukul 03.00 WIB. Satu poris nasi lengko yang berisi irisan kubis, tahu kecil, kecambah,tauge, timun dan sambal kecap. Sebagai pendamping ada gorengan, weci, tempe, telur puyuh dan ayam goreng.
Sukirman, owner nasi lengko yang berada di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
"Nasi lengko ini hampir mirip dengan nasi pecel, ada bumbu kacangnya yang beda untuk menambah rasa pedas bisa ditambah sambel kecap yang sudah disediakan di setiap meja," ucap pria asli Tegal ini.
ADVERTISEMENT
Sukirman ingin mengenalkan makanan khas daerah-nya ke masyarakat Kota Malang. Rupanya, makananya cocok di lidah masyarakat. "Jadi, awal merantau di Malang itu memang rencana buka warung, yaudah nasi lengko ini dan alhamdulillah bertahan sampai sekarang. Dan nasi lengko ini hanya ada satu ya di sini, dulu pernah ada di dalam UB tapi nggak lama terus tutup," ucap pria dengan logat khas ngapak.
Warung yang buka mulai pukul 03.00-15.00. Sehari-hari, dia hanya dibantu oleh anak dan keluarganya sendiri. Sukirman mengatakan buka warung lebih pagi lantaran ingin melayani mahasiswa yang mengerjakan tugas hingga larut malam.
Nasi lengko yang berada di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Meski sederhana, warung nasi ini eksis sejak 1999. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
Kebetulan, dia berjualan di daerah yang banyak mahasiswa tinggal."Saya memilih buka lebih pagi-kan soalnya mahasiswa banyak yang ngerjakan tugas, apalagi ini lokasinya sangat dekat dengan ruang UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), terus kalau habis subuh pasti rame mahasiswa yang ke masjid itu banyak yang mampir,"katanya.
Lauk lauk dan gorengan sebagai pelengkal nasi lengko di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
ADVERTISEMENT
Bahkan, warung nasi lengko ini hampir tidak pernah tutup. Dia menutup warungnya jika pulang kampung ke Tegal. Setiap harinya, dia menyiapkan kurang lebih 150 porsi yang siap dijual. Satu porsi nasi lengko dijual dengan harga Rp 4.000,- untuk porsi biasa dan 5000 porsi jumbo. "Jadi, memang ada 2 pulihan menu jumbo apa biasa terus bisa ditambah lauk pauk dengan harga mulai 500 hingga 5000," ucap pria 57 tahun.
Nasi lengko yang berada di Jalan MT Haryono, Gang 19, Kota Malang. Meski sederhana, warung nasi ini eksis sejak 1999. Foto: Rezza Do'a Lathanza/tugumalang.id
Ramadan, salah satu pengunjung yang merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya yang berasal dari Lamongan mengatakan, awalnya asing dengan makanan yang mirip dengan nasi pecel itu. Namun, karena penasaran, dia coba-coba, dan akhirnya jadi ketagihan.
"Dulu awalnya beli nggak tau juga kalau ini legendaris, pas beli pertama kok harganya murah. Terus hampir sama kayak nasi pecel. Tapi yang membedakan ada bumbu kecap pedas dan rasa pedasnya ini bisa kita atur sendiri sesuai dengan lidah kita," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Reporter : Rezza Doa Lathanza
Editor : Irham Thoriq