news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perjuangan Nunung Nasikhah, Santri Peraih Beasiswa LPDP

Konten Media Partner
2 Juli 2020 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nunung. Foto: dok
zoom-in-whitePerbesar
Nunung. Foto: dok
ADVERTISEMENT
MALANG - Bisa menempuh pendidikan terutama pendidikan tinggi dengan beasiswa tentu menjadi idaman semua orang. Tak terkecuali Nunung Nasikhah. Tak tanggung-tanggung, wanita yang berprofesi sebagai jurnalis ini mempunyai mimpi bisa kuliah hingga jenjang S3, dengan beasiswa.
ADVERTISEMENT
Berbekal semangat, Nunung rajin mencari info beasiswa dan mencoba mendaftar. "Saya sudah punya mimpi untuk sekolah dengan mendapatkan beasiswa dari lama. Kebetulan S1 dulu dapat beasiswa juga dari pemerintah hingga 4 tahun," ucapnya senang.
Pasca lulus S1, Nunung kembali berburu beasiswa. Kali ini dia menyasar beasiswa LPDP. Percobaan pertama, sayangnya dia gagal. Namun kegagalan tak membuat wanita 26 tahun ini patah arang. Dia kembali mencoba, tepatnya pada pertengahan tahun 2019.
"Alhamdulillah diberi kesempatan lagi di jenjang S2 dengan beasiswa LPDP dari Kemenkeu," ucapnya lega. Nunung berhasil mendapatkan beasiswa LPDP jalur afirmasi santri.
Menurut alumni Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono ini, statusnya sebagai santri menjadi salah satu faktor yang membuatnya bisa meraih beasiswa dari Kementerian Keuangan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Selama seleksi wawancara, saya banyak ditanya soal kontribusi semasa menjadi santri di Pondok Pesantren. Karena LPDP sendiri, menurut pengamatan saya, bukan hanya mencari mereka yang expert di bidang akademik. Tapi juga sangat memberi ruang untuk mereka yang melakukan kegiatan atau proyek yang bermanfaat bagi komunitas atau masyarakat di sekitarnya," jelas Nunung.
Perempuan asli Blora, Jawa Tengah ini mengakui, perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa tidak mudah.
“Apalagi proses pencarian beasiswa ini saya lakukan di tengah kesibukan kerja sebagai jurnalis dan waktu itu juga bertepatan dengan acara pernikahan. Jadi double-double. Tapi disitu sensasinya sih," kenang Nunung.
Selain itu, di tengah kesibukan bekerja, Nunung harus pandai mengatur waktu agar bisa mengikuti seleksi yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
"Saat seleksi kedua saya harus ke Surabaya, setelah mengatur jadwal kerja sedemikian rupa. Bahkan pas pulang tes, saya harus ngetik di kereta sepanjang perjalanan untuk tetap ngejar target kerjaan," kenang Nunung.
Soal karir ke depan, Nunung mengaku sudah memiliki rencana. Namun, dia enggan membeberkan rencana karir yang telah dia siapkan.
“Bagaimana nantinya itu yang masih menjadi misteri. Buat saya, soal profesi itu nomor sekian. Yang paling saya inginkan saat ini adalah bagaimana ilmu yang saya miliki nantinya bisa bermanfaat, dengan banyak cara. Tidak melulu harus mengajar,” tandas Nunung.
Meski telah menikah, impiannya untuk terus mengenyam pendidikan tinggi tak pernah surut. Nunung mengaku memiliki prinsip bahwa menikah bukan menjadi penghalang bagi perempuan untuk berhenti meraih mimpinya.
ADVERTISEMENT
"Termasuk mimpi untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Perempuan sangat boleh menjadi apa saja yang dia inginkan. Mau berpendidikan tinggi atau tidak itu semua pilihan. Derajat tidak bisa diukur hanya dengan ukuran pendidikan sebab banyak perempuan yang tidak mengenyam pendidikan formal tinggi," tandas alumni S1 Hubungan Internasional Universitas Brawijaya itu.