Pertama di Indonesia, Pameran Foto Jurnalistik Metaverse Digelar di Malang

Konten Media Partner
13 April 2022 20:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virtual pengunjung berupa karakter avatar saat melihat karya fotografi milik Bayu Novanta (Tugu Jatim) di etalase galeri metaverse. Foto/dok.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virtual pengunjung berupa karakter avatar saat melihat karya fotografi milik Bayu Novanta (Tugu Jatim) di etalase galeri metaverse. Foto/dok.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Pameran foto jurnalistik dengan virtual metaverse untuk kali pertama digelar di Indonesia dari Kota Malang. Gelaran itu merupakan kolaborasi No Mind Indonesian Meta Gallery dengan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang dan Tugu Media Group, Selasa (12/4/2022).
ADVERTISEMENT
Pembukaan pameran secara offline berlangsung di Kantor Tugu Media Group, Jalan Dirgantara A1/12B, Kelurahan Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur. Kolaborasi itu juga didukung Negri Jenaka, Token UMKM, Kopi Sontoloyo, Midnight in Velo dan Uplift.World.
Pameran foto di dunia metaverse saat ini masih jadi suatu hal baru. Gelaran yang tidak lazim. Setidaknya ada 25 hasil karya foto para jurnalis di Indonesia ini dipajang di etalase galeri virtual bernama No Mind Indonesian Meta Gallery. Karya foto yang dipajang tidak di tembok bangunan fisik seperti biasanya.
Suasana helatan Pameran Foto Jurnalistik Metaverse Pertama di Indonesia di Kantor Tugu Media Group, Selasa (12/4/2022). Foto/Rubianto
Pada pameran metaverse, peserta diajak berjalan-jalan ke galeri dunia metaverse yang ditampilkan serupa dunia nyata. Dalam perjalanan menggunakan karakter avatar itu disajikan pemandangan sehari-hari seperti langit, gunung-gunung, laut, gurun dan sejumlah bangunan baru.
ADVERTISEMENT
Menyaksikan pameran metaverse seperti berjalan-jalan di planet baru dengan peradaban yang juga baru. Bahkan, untuk menuju galeri di seberang laut, kita perlu merakit perahu sebagai kendaraannya. Dalam adegan itu, karakter avatar masih harus perlu mendayung perahu hingga menunggu opening gallery di pagi hari.
Setelah galeri dibuka, kita bisa mengunjungi setiap sudut galeri dua lantai itu dan melihat karya foto-foto para jurnalis di sana. Tak hanya jalan-jalan, kita juga bisa berinteraksi dengan sesama pengunjung galeri, termasuk membeli karya foto yang sudah tersaji dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token) tersebut.
''Nanti di sini akan kita kembangkan lagi untuk bisa pameran video, konser musik hingga bikin gedung bioskop. Bahkan, Tugu Media Group juga bisa bikin kantor di sana,'' ujar Pemilik Galeri No Mind, Lutfi Pratomo menceritakan galeri yang ia buat sejak 3 bulan lalu.
Koordinator Pameran sekaligus Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang, Darmono. Foto/Rubianto
Decak kagum hingga raut berkerut penuh tanda tanya menghiasai wajah para peserta yang hadir. Seperti dikatakan Johardi, dari Komunitas Averroes yang mengaku baru pertama kali merasakan sensasi menyaksikan pameran foto metaverse.
ADVERTISEMENT
''Rasanya masih di awang-awang, tapi mulai paham setelah datang ke pameran ini. Sangat luar biasa perkembangan teknologi sekarang. Nanti pulang, saya mau utek-utek lagi. Pengen juga bisa bangun mal UMKM atau warung kopi ya kalau bisa,'' tuturnya.
Wawasan dan inspirasi baru inilah yang diharapkan lahir dari pameran bertajuk 'Against The Pandemic' ini. Sebuah edukasi tentang semangat adaptif menghadapi zaman yang terus bergerak. Spirit yang sama juga dimiliki Tugu Media Group, sebuah perusahaan media yang membawahi tugumalang.id dan tugujatim.id.
CEO Tugu Media Group, Irham Thoriq mengamini bahwa di era disrupsi digital serba cepat hari ini, masyarakat sudah harus mulai mempersiapkan diri untuk adaptif. Teknologi Blockchain, NFT hingga Criptocurrency kini mulai dilirik sebagai aset digital berharga.
CEO Tugu Media Group Irham Thoriq. Foto/Rubianto
Sebagai media yang mengusung tagline Merawat Malang Raya dan Jawa Timur, semangat edukasi untuk adaptif dengan perubahan zaman juga harus digaungkan. Termasuk untuk ikut memanfaatkan teknologi blockchain dan metaverse sebagai ruang baru berkreasi.
ADVERTISEMENT
''Ini bisa dibilang sebagai momen bersejarah karena menjadi pameran foto jurnalistik pertama dari Indonesia di metaverse, dari Kota Malang dan Tugu Media Group,'' ungkapnya.
Ada 5 fotografer yang terlibat dalam pameran ini. Mereka adalah Bayu Novanta / @bayunovanta (Tugu Jatim), Darmono / @jejakmomon (PFI Malang), Feri Latif / @feri_latif (Kontributor National Geographic Indonesia), Falahi Mubarok / @falahimubarok (Mongabay), Agoes Rudianto / @agoesrudianto (Freelance Photographer).
Lutfi Pratomo, Pemilik No Mind Indonesian Meta Gallery. Foto.Rubianto
''Semoga dari sini bisa menjadi inspirasi awal bagi pembaca Tugu Media Group untuk memijakkan kaki menghadapi dunia dengan berbagai tantangan dan perubahan zaman,'' tambahnya.
Panggung Baru Para Seniman dan Kreator Tanpa Batas di Metaverse
Selain dipajang dalam etalase virtual metaverse, semua karya fotografi ini juga dicetak menjadi NFT dan dapat diperjualbelikan sebagai aset digital yang memiliki nilai ekonomis, sekaligus terlindungi hak cipta.
ADVERTISEMENT
''Artinya, metaverse dapat menjadi alternatif ruang atau panggung baru bagi seniman atau kreator untuk bereksplorasi tanpa batasan seperti halnya di dunia nyata,'' ungkap pegiat komunitas metaverse dari Negeri Jenaka, Galang Ekajati.
Batasan, dalam hal ini menurut pria yang akrab disapa Petruk ini seperti pandemi yang dinilai adalah sumber kehancuran ekonomi. Padahal tidak, karena kata Petruk, sebenarnya dunia masih bergerak.
''Metaverse adalah contohnya dan galeri pameran ini adalah buktinya. Jika pandemi membuatmu merasa terbatasi, masih ada dunia metaverse yang bisa jadi panggungmu,'' kata Petruk.
Galang Ekajati, Pegiat Komunitas Metaverse Negeri Jenaka. Foto/Rubianto
Jika kegiatan positif di metaverse seperti ini terus digarap dan dibangun, maka potensinya sebagai panggung baru bagi fotografer jurnalistik. Momon Darmono, selaku Ketua PFI Malang mengamini hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Momon, dengan pemanfaatan ruang metaverse ini juga dapat menjadi alternatif peluang ekonomis yang menjanjikan karena dihadapkan pada pasar yang lebih global.
Di sisi lain, orisinalitas karya kreator juga terjaga dan mengurangi kemungkinan terjadi pencurian karya. Meski diperjualbelikan kemana saja, keaslian karya kreator tetap terjaga. Kreator juga bisa melacak keberadaan karyanya dan mendapat royalti dari setiap transaksi.
Pengguna metaverse, lanjut Momon, bisa mendapat nilai ekonomis dari sini. Di sana kita bisa membeli dan mengelola tanah dan membangun apa saja seperti Mal UMKM misalnya.
''Karena setiap apapun aktivitas yang dilakukan disana mendapat reward berupa koin yang bermata uang WAX. Saya berharap Pameran Foto Jurnalis Indonesia Pertama di Metaverse ini akan menjadi edukasi pengetahuan dan pengalaman agar nantinya tidak terjadi salah kaprah ketika memanfaatkannya,'' pungkas Momon
ADVERTISEMENT