Peserta Gender Equality Academy Perkuat Diri dalam Kebijakan Politik Pembangunan

Konten Media Partner
20 Februari 2021 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, saat memberikan materi penguatan perempuan di ranah kebijakan pembangunan kepada peserta Program Gender Equality Academy (GEA), pada Sabtu (20/2/2021). Foto: Ulul Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, saat memberikan materi penguatan perempuan di ranah kebijakan pembangunan kepada peserta Program Gender Equality Academy (GEA), pada Sabtu (20/2/2021). Foto: Ulul Azmy
ADVERTISEMENT
MALANG - Program Gender Equality Academy (GEA) yang digagas Komunitas Averroes Malang terkait Strengthening Womens Active Participation in Democracy through Capacity Building, Training and Outreach in Malang, mulai fokus bergerak di ranah kebijakan politik perempuan.
ADVERTISEMENT
Kali ini, program penguatan partisipasi perempuan di ranah publik itu disambangi Anggota Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih.
Perempuan yang akrab disapa Emma itu, berbagi pengalaman seputar bagaimana memperkuat kedudukan perempuan secara spesifik di ranah kebijakan pembangunan.
Peserta GEA. Foto: Ulul Azmy
Untuk turut berperan dalam perpolitikan kebijakan pembangunan, kata Emma, memang perlu langkah komprehensif. Masalah mendasar perempuan yang perlu dibangun ada dua, yaitu soal kesetaraan (equality) dan pemberdayaan (empowering).
Menuju kesana, terang dia, ada sejumlah instrumen yang harus disiapkan. Salah satunya ialah membuka ruang partisipasi perempuan selebar-lebarnya di ruang publik. Bagi semua kalangan, termasuk generasi perempuan milenial.
''Ruang-ruang partisipasi yang strategis di ruang-ruang publik harus dibentuk,'' katanya, pada Sabtu (20/2/2021).
GEA. Foto: Ulul Azmy
Lebih lanjut, peserta yang ikut dalam program GEA ini, sebenarnya sudah punya latar belakang basis organisasi masing-masing. Jadi, selain kesadaran atas kesetaraan gender yang dibangun, perlu juga semangat kolaboratif. Sehingga nantinya ada gerakan yang lebih masif.
ADVERTISEMENT
''Lalu nanti harus ada yang jadi dirigen. Juga ada pembagian tugas di wilayah premier, sekunder, hingga tersier. Harapannya, nanti di Malang Raya bisa jadi kota yang ramah perempuan, ramah bagi kelompok termarjinalkan,'' harapnya.
Selain Emma, dalam sesi itu juga menghadirkan narasumber lain yakni Praktisi Kebijakan Publik yang juga Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Brawijaya (UB), Fadillah Putra. Bicara seputar hal sama terkait arah kebijakan terhadap perlindungan perempuan dan kesetaraan gender. Selain itu, juga merancang strategi advokasi kebijakan isu-isu keadilan gender di ruang lingkup pemerintahan.
Anggota Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, saat memberikan materi penguatan perempuan di ranah kebijakan pembangunan kepada peserta Program Gender Equality Academy (GEA), pada Sabtu (20/2/2021). Foto: Ulul Azmy
Sementara, Project Manager Averroes, M Fahrul Ulum, mengatakan bahwa dari kegiatan ini, para peserta GEA bisa menyuarakan kesetaraan gender secara lebih terstruktur. Hal ini mengingat kasus-kasus marginalisasi masih kerap terjadi.
ADVERTISEMENT
Bahkan, sampai-sampai ada pernyataan satir bahwa satu-satunya sektor yang bisa dikuasai perempuan hanya ada 1 sektor, yakni sektor rumah tangga saja. ''Artinya, hal ini masih jadi PR besar dan itulah yang jadi konsen kami (Averroes) lewat program GEA ini,'' jelasnya.
Program ini juga masih akan berkelanjutan. Nantinya, para peserta akan menindaklanjuti berbagai wawasan yang didapat dari GEA mulai metode, strategi advokasi, hingga kampanye kesetaraan gender melalui berbagai plarform media.
Seperti diketahui, program GEA merupakan hasil kerja sama Komunitas Averroes dengan Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste. Berupaya untuk terus mengarusutamakan gender di berbagai isu publik. Mengingat representasi dan partisipasi perempuan di ruang publik masih jauh dari harapan.
Peserta GEA sendiri datang dari beragam kalangan. Mulai aktivis, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Sebut saja PC Fatayat NU, Suara Perempuan Desa Kota Batu, Forum Anak, Nasyaatul Aisyiyah, Imawati, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Dari pertemuan individu beragam latar belakang itu, diharapkan menemukan pola pengarusutamaan gender seperti apa yang efektif dilakukan nantinya. Tentu dengan mempertimbangkan banyak hal dan tantangan sesuai semangat zaman.
Diharapkan dari GEA ini, lahir semangat kolaborasi dan saling menguatkan antar berbagai elemen masyarakat. Sehingga tidak terkesan parsial atau bergerak sendiri-sendiri.(ads)