Puisi 'Doa yang Ditukar', Khofifah Sarankan Fadli Zon Minta Maaf

TUGU MALANG ADMIN
Jernih dan Mendalam Mengabarkan Tentang Malang Raya, Partner Resmi kumparan Start Up 1001 Media Online, Email: [email protected]
Konten dari Pengguna
10 Februari 2019 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari TUGU MALANG ADMIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
TUGUMALANG.ID - Desakan pada Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, agar meminta maaf karena telah membuat puisi 'Doa yang Ditukar' terus mengalir. Gubernur Jawa Timur terpilih, Khofifah Indar Parawansa, jadi salah satu pihak yang turut angkat bicara. Menteri Sosial RI ke 27 itu menyarankan agar Fadl
ANGKAT BICARA: Gubernur Jatim terpilih, Khofifah Indar Parawansa saat ditemui awak media, minggu (20/1) siang. (Foto: Gigih Mazda / Tugu Malang).
ADVERTISEMENT
i Zon meminta maaf kepada KH Maimun Zubair. "Akan sangat baik jika Bang Fadli minta maaf," kata Khofifah usai acara deklarasi Jaringan Kyai Santri Nasional (JKSN) Malang Raya di GOR Ken Arok, Kota Malang, Minggu (10/2/2019) siang.
Untuk diketahui, Fadli Zon sebelumnya menuliskan puisi yang sempat menyinggung ulama KH Maimun Zubair, atau dikenal dengan Mbah Moen. Dalam puisinya, politisi Partai Gerindra itu memilih kata ganti 'kau'. Pemilihan diksi itu membuat sejumlah santri geram.
Agar polemik mereda, Khofifah menyarankan Fadli Zon untuk berkunjung ke kediaman Mbah Moen dan meminta maaf secara langsung. "Mungkin minta maaf tidak perlu dilakukan melalui konferensi pers, melainkan dengan sowan (berkunjung) mungkin lebih baik. Saya rasa Mbak Maimun akan berbesar hati untuk menerimanya, meskipun saya yakin Mbah Maimun sudah memaafkannya sejak awal," kata dia.
ADVERTISEMENT
Beranjak dari polemik itu, Khofifah juga berharap kedepan akan muncul banyak negarawan. Bukan hanya sekedar politisi saja yang makin menjamur. "Negarawan itu pasti berpikir untuk kemaslahatan bangsa, kebaikan bersama. Jadi harus mereduksi kepentingan politik, kelompok, atau golongan. Kalau belum, berarti masih belum menjadi negarawan," tambah dia.
Penulis: Gigih Mazda
Foto: Gigih Mazda
Editor: Irham Thoriq