Rektor Uniga Malang Bagikan Tips Jadi Pemimpin Perempuan

Konten Media Partner
10 September 2020 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngobrol Bareng Pakar Inspirasi. Foto: Rezza Doa
zoom-in-whitePerbesar
Ngobrol Bareng Pakar Inspirasi. Foto: Rezza Doa
ADVERTISEMENT
MALANG - Setiap manusia yang terlahir di dunia, hakikatnya telah menjadi pemimpin, tak terkecuali perempuan. Melihat banyaknya pemimpin perempuan, menunjukkan bahwa semua orang mempunyai jiwa kepemimpinan tanpa memandang gender.
ADVERTISEMENT
Hal ini lah yang dijelaskan oleh Rektor Universitas Gajayana (Uniga) Malang, Prof Dr Dyah Sawitri SE MM, dalam acara Ngobrol Bareng Pakar Inspirasi yang bertajuk Kupas Tuntas Gaya Kepemimpinan Masa Kini.
Dyah menyebutkan, hakikat setiap manusia dilahirkan di muka bumi ini sebagai seorang pemimpin. Bisa sebagai pemimpin negara, organisasi, masyarakat, keluarga, dan diri sendiri.
"Tidak ada permasalahan perempuan dalam memimpin. Sebenarnya kita sudah memiliki contoh yaitu Kartini, sosok perempuan yang begitu besar perjuangan dan pengorbanan untuk perempuan sehingga tidak ada perbedaan gender," kata Dyah.
Hanya saja, lanjutnya, gaya kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan tentunya berbeda. Sebab, meskipun perempuan tengah menjadi pemimpin, tetapi kodratnya tidak pernah hilang.
"Perempuan merupakan pondasi dalam keluarga, maka menjadi seorang pemimpin perempuan yang sukses tidak pernah lepas dari dukungan keluarga," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Dyah, perempuan memiliki peluang strategis untuk menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, dia mengajak seluruh perempuan untuk melek teknologi.
"Kenapa perempuan harus melek terhadap teknologi? karena ditengah kesibukan kita bekerja kita harus tetap memantau keluarga. Salah satu komunikasi ya melalui teknologi. Kita harus bisa membagi skala prioritas antara keluarga dan karir," ungkapnya.
Menjadi seorang pemimpin perempuan, dia tidak pernah memandang rekan kerja sebagai bawahan, tetapi dianggap saudara dalam bekerja.
"Selama 2 periode saya menjadi rektor, saya selalu bersyukur karena amanah besar yang telah diberikan Allah harus saya jaga dengan benar. Selama memimpin, saya selalu memposisikan rekan kerja sebagai saudara. Kita ciptakan budaya mengajak untuk saling menghargai dan menghormati dalam satu institusi tanpa menyakiti yang lainnya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selama menjadi pemimpin, Dyah menjadikan Ki Hajar Dewantara sebagai acuan untuk kemajuan institusi.
"Kita tahu slogan Ki Hajar Dewantara yang berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani. Ketika seorang menjadi pemimpin harus bisa memberikan suri tauladan untuk orang di sekitar," katanya.
Tak lupa, Dyah membagikan tips gaya kepemimpinan perempuan, yaitu selalu berpikir positif, cantiklah dalam beriman dan bertaqwa, berilmu dalam berbicara, berperilaku serta berpenampilan sopan, dan selalu bersyukur.(ads)