Rencana Pemkot Malang Ubah Hotel Jadi Safe House Ditolak Warga

Konten Media Partner
23 Juli 2021 21:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sosialisasi penambahan safe house baru di bekas Hotel Radho Suites di kawasan Kelurahan Bareng, Kota Malang, Jumat (23/7/2021). Foto/Azmy
zoom-in-whitePerbesar
Sosialisasi penambahan safe house baru di bekas Hotel Radho Suites di kawasan Kelurahan Bareng, Kota Malang, Jumat (23/7/2021). Foto/Azmy
ADVERTISEMENT
MALANG - Pemkot Malang berencana menambah safe house baru di gedung Hotel Syariah Radho Suites yang berada di kawasan permukiman warga Kelurahan Bareng, Klojen, Kota Malang. Namun, rencana ini menuai penolakan warga setempat.
ADVERTISEMENT
Informasi dihimpun saat proses sosialisasi rencana ini di Balai RW 4, Jumat (23/7/2021), sebanyak 93 persen warga menolak rencana ini. Mereka menolak dengan alasan psikis, karena tempat isolasi ini ada di tengah permukiman.
Dalam sosialisasi itu, dihadiri Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif, dan juga Wakil Ketua III DPRD Kota Malang Rimzah dan juga sejumlah elemen masyarakat setempat. Namun, rupanya semua perwakilan warga yang hadir menolak rencana itu.
Ketua RW 04 Kelurahan Bareng Kulon, Rizki Firdaus, membenarkan, mayoritas 93 persen warganya menolak kehadiran Safe House ini di tengah kampung mereka. ''Itu hasil survei atau mapping yang sudah kami lakukan. 93 persen warga menolak,'' tegasnya.
Selanjutnya, pihaknya berharap Pemkot Malang mendengar aspirasi ini agar tidak terjadi gejolak penolakan yang lebih keras ke depannya. Terlebih, tidak ada sosialisasi yang kompleks kepada warga.
Wakil Ketua III DPRD Kota Malang, Rimzah. Foto/Azmy
''Iya sosialisasinya kurang, jadi begitu ada kelihatan di hotel ada pembangunan, warga langsung resah. Kami tunggu dulu tindak lanjut dari Pemkot, jangan sampai ini jadi paksaan terhadap warga,'' ujarnya.
ADVERTISEMENT
Hal senada dikatakan Wakil Ketua III DPRD Kota Malang, Rimzah, bahwa dirinya menyayangkan atas tahapan sosialisasi dan edukasi dari Pemkot Malang yang tidak maksimal.
''Kalau memang maksimal, jelas tidak mungkin ada gejolak penolakan kayak gini. Jadi, saya harap Pemkot Malang dalam melakukan sosialisasi yang baiklah,'' imbaunya.
Terlepas dari itu, Rimzah sendiri sebenarnya sudah mewanti dalam program percepatan penyelesaian masalah darurat kesehatan ini sebisa mungkin menghindari konflik dengan warga.
''Jika memang ada pilihan yang lain kenapa tidak? Kami juga sudah pernah bilang, kalau perlu manfaatkan saja gedung dewan jadi safe house, daripada bingung cari tempat, konflik dengan warga,'' kata politisi Partai Gerindra ini.
Jika Pemkot Malang masih berkutat seperti ini, lanjut dia, dikhawatirkan permasalahan lain terus bermunculan. Terbaru, kematian pasien isoman di rumah akhir-akhir ini mulai riskan terjadi.
ADVERTISEMENT
''Jangan sampai gara-gara permasalahan kayak gini, kasus isoman meninggal di rumah semakin bertambah. Kita ini sudah masuk darurat kesehatan, jadi semua harus dipertimbangkan. Baik Pemkot maupun masyarakat,'' pungkasnya. Wali Kota Tetap Ngotot untuk Safe House Sementara itu secara terpisah, Wali Kota Malang Sutiaji, tetap keukeuh merealisasikan safe house yang dibangun di bekas gedung hotel Syariah Radho Suites di kawasan Kelurahan Bareng, Klojen, Kota Malang.
Wali Kota Malang Sutiaji. Foto/Azmy
Menurut Sutiaji, di tengah situasi darurat kesehatan ini, kehadiran tempat isolasi terpadu (isoter) bersifat urgen. Dengan kehadiran isoter, harapannya dapat berimplikasi pada percepatan penanganan Covid-19 di Kota Malang.
''Jadi, semisal ada yang menolak itu lucu, ya. Karena semua ini untuk kemanusiaan. Masak ada saudara yang menjerit-jerit kemudian meninggal di sana kita biarkan? Ini sudah darurat, mohon pengertiannya,'' ungkap dia dikonfirmasi awak media, Jumat (23/7/2021) malam.
ADVERTISEMENT
Lalu, terkait alasan menempatkan safe house isoter ini di tengah permukiman warga, kata Sutiaji karena alasan jarak. Jadi, kata dia, dari setiap pasien di rumah Safe House Kawi (Gedung BPSDM) yang sudah melewati masa isolasi 14 hari dan tidak memiliki gejala klinis signifikan, maka akan dipindah ke isoter baru (Hotel Radho).
''Misal masa isolasi 14 hari, tapi pas di hari ke-10, pasien tidak ada gejala klinis berarti, maka sisa 4 hari itu kita geser kesana (isoter). Jadi, tingkat kesembuhan akan 100 persen, dan meminimalisir penularan lanjutan, kajiannya ada kok,'' papar dia.
Nah, kehadiran isoter seperti ini nantinya juga akan dihadirkan di tiap kecamatan, tidak hanya di Klojen saja. Dengan harapan besar memininalisir tingkat kematian pasien isoman itu sendiri.
ADVERTISEMENT
''Nanti akan saya paparkan lebih lengkapnya, soal pentingnya ada isoter ini yang nanti harapannya bisa jadi percontohan juga. Nanti di tiap kecamatan akan ada,'' ujarnya.
''Ya, saya minta komitmen bersama dikuatkan lagi, toh juga demi kepentingan bersama. Masak saudara kita sakit tapi dibiarkan. Jangan hanya ngomong pancasilais, tapi gini aja nolak,'' tegasnya.