Saya Bukan Aktivis Apalagi Pemerhati Lingkungan

Konten Media Partner
27 Juni 2020 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Baskoro, Founder CCFrontier.
zoom-in-whitePerbesar
Baskoro, Founder CCFrontier.
CCFrontier merupakan sebuah komunitas yang concerned to nature protection and humanity yang saya dirikan pada tahun 2015. Tidak terasa waktu berjalan sedemikian cepat dan tahun ini atau tepatnya tanggal 13 Juli 2020, CCFrontier akan genap berusia 5 tahun. Banyak hal yang telah kami lakukan dalam upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup serta kemanusiaan. Seperti pengurangan penggunaan produk plastik, menekan polusi udara, selamatkan hutan indonesia dari sisi lingkungan hidup. Atau bantuan terhadap masyarakat terdampak bencana, CCF Food Rider, bahkan sampai pada membantu pemerintah dan masyarakat dalam upaya melawan COVID-19 yang kami mulai sejak 16 Maret 2020 sampai sekarang dari sisi kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Tidak mudah menjalankan sebuah komunitas seperti CCF, dikarenakan banyak kendala dan permasalahan yang harus saya hadapi. Seperti masalah financial dalam mendukung setiap aksi dan campaign yang ada karena saya sendiri memang meniadakan faktor menggalang donasi sejak awal CCF didirikan. Kemudian dari sisi keanggotaan yang tidak sampai 10 orang dan harus menghandle sekian banyak aksi dan campaign, itupun tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Serta sederet panjang permasalahan yang lain.
Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat berkirim pesan kepada saya, “Sebentar lagi bulan Juli mas. Wah CCF akan berumur 5 tahun. Hebat njenengan bisa membuat CCF tetap konsisten selama 5 tahun. Njenengan seorang aktivis lingkungan”. Saya waktu itu tidak terkejut sama sekali mendengar ungkapan ini. Karena sebenarnya sebutan seorang aktivis atau pemerhati lingkungan yang ditujukan kepada saya sudah saya dengar sejak tahun 2016 yang lalu. Namun, hal ini membuat saya sedikit berfikir “Benarkah saya seorang aktivis atau pemerhati lingkungan atau apapun istilahnya hanya karena saya mendirikan CCF atau berhasil menghandle permasalahan2 internal yang ada dalam CCF sendiri ?”.
ADVERTISEMENT
Jika sahabat semua melihat postingan sosial media akun milik CCF beberapa waktu yang lalu, salah satunya di instagram kemarin. Sahabat akan melihat sebuah postingan “Saya Bukan Aktivis Apalagi Pemerhati Lingkungan”. Postingan ini bukannya tanpa sebab, namun sebuah jawaban dari saya untuk mereka yang menyebut saya sebagai aktivis atau pemerhati lingkungan.
Sebutan aktivis dan pemerhati lingkungan, atau jika ada sebutan lain yang bermakna hampir sama dengan 2 sebutan diatas, maka saya tidak termasuk didalamnya. Saya secara pribadi lebih pada seseorang yang suka terhadap perubahan. Disaat sesuatu berjalan dan menghasilkan sesuatu yang tidak baik. Maka saya tergerak untuk berusaha mengubah hal itu. Saat kebiasaan kita dalam menggunakan produk plastik membawa efek tidak baik terhadap lingkungan atau kebiasaan kita menebang hutan serta membakarnya dapat menimbulkan efek buruk terhadap lingkungan, hal ini saya sebut sebagai “The Old System Doesn't Work”. Cara lama tidak berhasil, kebiasaan lama menimbulkan masalah.
ADVERTISEMENT
Ini sekedar contoh, disaat kebiasaan kita dalam penggunaan produk plastik membawa masalah bagi lingkungan, saya berfikir, “kebiasaan ini harus diubah”. Kemudian saya membuat Reduce Plastic Movement dalam upaya mengurangi sampah plastik. Atau disaat terjadi banyak penebangan liar bahkan hutan dibakar, saya berfikir, “kebiasaan ini harus diubah”. kemudian saya berinisiatif melakukan Gerakan Selamatkan Hutan Indonesia #aksibersamahutan dan gerakan ini menghasilkan Persemaian Mandiri di lereng Gunung Arjuno yang merupakan kerjasama CCF dan Cantigi. Contoh lain, disaat banyak negara masih menggunakan energi kotor, polusi dimana-mana, perusahaan besar masih tetap tidak peduli terhadap lingkungan sehingga mengakibatkan dampak buruk buat kita bahkan berimbas kepada generasi yang akan datang nanti, saya berfikir, “keadaan ini tidak bisa dibiarkan”. Kemudian saya membuat Gerakan 1Voice_1Movement di luar Indonesia. Atau yang masih segar diingatan kita dimana saya membuat Program Satukan Hati Untuk Indonesia dalam upaya membantu pemerintah dan masyarakat melawan COVID-19. Tidak hanya dalam hal sosialisasi atau membantu dalam penyemprotan desinfektan saja, namun bantuan kepada masyarakat dalam Gerakan 100 ribu dan Pos Bantuan Swadaya karena kita tahu bagaimana sebuah bantuan dari pemerintah pasti akan menimbulkan banyak masalah untuk sampai ke masyarakat yang benar-benar membutuhkan. So it’s mean, “The Old System Doesn't Work”.
ADVERTISEMENT
Mari sahabat semua, Indonesia membutuhkan kita. Jadilah seseorang yang bisa membawa perubahan di saat The Old System Doesn't Work.
Baskoro* *Penulis adalah Founder CCFrontier