Situs di Proyek Tol Malang-Pandaan Diprediksi Kompleks Perumahan Kuno

Konten Media Partner
18 Maret 2019 19:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana eksavasi hari ketujuh di lokasi penemuan situs bersejarah di Malang, senin (18/3).
zoom-in-whitePerbesar
Suasana eksavasi hari ketujuh di lokasi penemuan situs bersejarah di Malang, senin (18/3).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Hari ini (18/3), tepat satu minggu proses ekskavasi situs yang berada di jalur proyek tol Pandaan-Malang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Provinsi Jawa Timur. Ini sejak pertama kali dilakukan Selasa (12/3).
ADVERTISEMENT
Dari situs Sekaran di Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang, tersebut pihak BPCP mengaku menemukan beberapa hal. Salah satunya adalah situs tersebut ternyata bukan terdiri dari satu bangunan, melainkan terdapat beberapa bangunan. Hal itu dijelaskan oleh Wicaksono Dwi Nugroho, Arkeolog dari BPCB Trowulan.
"Kemungkinan bukan bentuk candi, melainkan kompleks bangunan," terang pria yang akrab disapa Wicak tersebut.
Ia menjelaskan bahwa dari proses ekskavasi itu, dirinya menuturkan telah membuka area seluas 24 x 16 meter dan menemukan bahwa situs tersebut adalah kompleks perumahan.
"Awal ini menduga bangunan menyambung. Tapi sekarang semakin jelas. Ada pintu gerbang, latar (halaman), terus masuk bangunan di tengah ada terap (bangunan berundak)," tutur pria asli Yogyakarta itu.
ADVERTISEMENT
Selain temuan komplek bangunan itu, dirinya juga mengemukakan bahwa pihaknya menemukan pecahan tembikar. "Kalau untuk tembikar temuannya sedikit. Yakni fragmen tembikar ada di bagian belakang komplek, sekitar 24 meter dari titik awal. Sedangkan enam fragmen tembikar dan porselin juga ditemukan pada bagian tengah sekitar 10 meter dari titik awal," bebernya.
Tak hanya itu, temuan dari BPCB di sekitar lokasi juga ada, yakni ditemukan dua arung atau saluran irigasi bawah tanah. Satu berjarak 70 meter di sebelah timur Situs Sekaran, sedangkan satu lagi berjarak 180 meter di sebelah selatan Situs Sekaran.
"Tapi arung sendiri ini belum jelas. Sebab pada zaman dulu arung ini selain untuk saluran air bawah tanah, juga ada interpretasi bahwa arung adalah terowongan untuk jalur lari para raja," bebernya.
ADVERTISEMENT
Pada salah satu arung yang ditemukan, tugumalang.id melihat ada lubang gua setinggi kurang lebih 50 meter yang berjarak sekitar 100 meter dari lokasi, dan terletak di pinggir sungai Amprong.
"Tapi sebenarnya ini jauh lebih tinggi. Sebab ini sudah terkena longsoran. Kalau tingginya sebenarnya mungkin sekitar satu meter lebih," tutur bapak dua orang anak itu.
Meski demikian, ketika disinggung situs pada era kerajaan apa, dirinya masih belum berani menyimpulkan. "Sementara saya masih belum berani, kami akan lengkapi dulu data dan laporannya hingga hari terakhir," imbuhnya.
Dirinya juga belum memutuskan apakah pihak BPCB akan menjadikan tempat itu sebagai cagar budaya atau tidak. "Keputusan itu berada di atas. Kami di sini hanya mengumpulkan data. Nanti temuan itu kami laporkan ke Jasa Marga. Nanti kami juga teruskan ke Kementerian Kebudayaan, sedangkan Jasa Marga pasti juga melaporkannya ke pihak Kementerian PUPR. Nanti mereka yang akan putuskan," tandas Wicaksono.
ADVERTISEMENT
---
Reporter : Gigih Mazda
Editor : Irham Thoriq