news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suyudi dan Wasito, Gerilyawan dari Malang Pencipta Bahasa Walikan

Konten Media Partner
24 Januari 2021 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Kota Malang saat Agresi Militer II Belanda 1949. Foto: dok Tawangsari Kampoeng Sedjarah
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kota Malang saat Agresi Militer II Belanda 1949. Foto: dok Tawangsari Kampoeng Sedjarah
ADVERTISEMENT
MALANG - Di balik kisah lahirnya bahasa Walikan atau bahasa khas (slang) yang identik dengan nama Arema (Arek-Arek Malang), ternyata punya kronologi kisah yang menarik. Kepingan sejarah ini didapat dari jurnal di Forum Studi Kebanggan Indonesia (FSKI) berjudul Dari Gangster Hingga Arema (2013).
ADVERTISEMENT
Kronik sejarah penciptaan awal bahasa ini juga dinukil dari tulisan seorang budayawan tersohor di Jawa Timur, Dukut Imam Widodo. Penulis buku Malang Tempoe Doeloe itu, mengkisahkan bahwa bahasa Walikan sudah digunakan sejak masa Agresi Militer Belanda II pada 1949 silam.
Di Malang, selama masa Clash II yang juga dikenal dengan nama operasi gagak (kraii operatie) ini, juga melambungkan nama kesatuan elite RI di bawah Komando Mayor Hamid Rusdi. Yakni Pasukan Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang yang merupakan sisa-sisa laskar perjuangan yang dipimpin Hamid Rusdi.
Suasana Kota Malang saat Agresi Militer II Belanda 1949. Foto: dok Tawangsari Kampoeng Sedjarah
Sepak terjang GRK di mata kompeni terkenal sebagai laskar paling taktis, sengit, dan gigih. Satu hal yang membuat pasukan ini solid adalah berkat telik sandi menggunakan bahasa Walikan.
ADVERTISEMENT
Dari penuturan Dukut Imam Widodo, bahasa Walikan ini diciptakan duo prajurit GRK. Mereka adalah Suyudi Raharno dan sobat akrabnya, Wasito.
Singkat cerita, perlawanan GRK di akhir Maret 1949 silam, kerap terpatahkan sehingga berujung gagal. Saat ditelusuri, ternyata ada informasi taktik dan strategi yang bocor. Artinya, ada lawan alias mata-mata di tubuh mereka.
Usut punya usut, taktik dan strategi mereka ternyata mengalami kebocoran. Hingga akhirnya lahirlah ide brilian dari Suyudi Raharno dan Wasito untuk menyusun kode telik sandi bahasa Walikan. Hingga belakangan diketahui, pasukan asli GRK mendapati kebocoran informasi ini ada di warung-warung.
Sering memang, pada malam-malam tertentu, pasukan GRK mengadakan pertemuan dengan jagongan (nongkrong) di warung kopi. Akhirnya, dari situ diketahui bahwa agen mata-mata Belanda ini adalah orang pribumi sekitar mereka. Menyamar menjadi penjual jajanan, penjual rokok, hingga pelayan di warung.
ADVERTISEMENT
Berkat kode telik sandi ini juga, pasukan ini semakin solid dan berhasil melancarkan serangan-serangan mendadak dan mematikan. Sebut saja seperti taktik bumi hangus, pemboman jembatan, penghadangan, hingga pembunuhan para spionase dan masih banyak strategi jitu lain yang dilancarkan GRK.
Bahasa Walikan sendiri tanpa harus diformulasikan sebagai telik sandi, sudah sarat akan kode dan sandi. Bahasa ini, uniknya juga tidak terikat oleh tata bahasa yang umum dan baku. Bahasa ini, hanya mengenal satu cara, yaitu dengan cara pengejaan secara terbalik, dari belakang dibaca ke depan.
''GRK sendiri sangat solid. Berkat kesolidan dan keakraban dalam pergaulan sehari-hari mereka tak butuh waktu lama untuk mengerti dan fasih dengan bahasa ini. Spion-spion pun kelimpungan. Nah, dari sinilah akhirnya ketahuan mana kawan, mana lawan,'' ungkap Eko Irawan, pemerhati sejarah dari komunitas Reenactor Ngalam, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Suyudi Raharno sendiri berakhir gugur di medan juang karena berhasil disergap militer Belanda di wilayah Dukuh Gunuk Watu (kini daerah Purwantoro) pada September 1949.
Nasib serupa juga dialami Wasito yang gugur dalam pertempuran sengit di wilayah Gandongan (kini Pandanwangi).
Keduanya kini disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Suropati, Jalan Veteran Kota Malang.