UM Peringati Hari Santri Nasional, Rektor Tekankan Santri Berinovasi

Konten Media Partner
30 Oktober 2021 13:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan Hari Santri Nasional 2o21 secara daring Universitas Negeri Malang (UM).
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan Hari Santri Nasional 2o21 secara daring Universitas Negeri Malang (UM).
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MALANG - Rektor Universitas Negeri Malang (UM) menekankan pentingnya inovasi bagi individu santri. Nyantri bisa di pesantren, di kampus. Siapa yang belajar agama itu santri. Penegasan itu disampaikan Rektor UM Prof. Dr. Rofi’uddin, M.Pd, dalam peringatan Hari Santri Nasional 2021, hari Sabtu (30/10/2021).
ADVERTISEMENT
Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober oleh seluruh santri di tanah air hingga mancanegara. Di tahun ini, UM menggelar seminar Peringatan Hari Santri Nasional 2021 secara daring. Penceramah yang dihadirkan adalah Rais Syuriah PCI NU Australia dan New Zealand Prof. H. Nadirsyah Hosen, yang juga sebagai dosen Fakultas Hukum Monash University.
Rektor UM Prof. Dr. Rofi’uddin, M.Pd,
Kegiatan ini dihadiri oleh para piminan UM, Ketua Senat UM Prof. Dr. Sukowiyono, S.H. M. Hum, ulama dan cendekia, sesepuh santri Malang Kyai Chamzawi, Kyai Isroqunnajah dan lainnya, juga ribuan santri dan mahasiswa UM.
Rofi’uddin dalam sambutannya bersyukur di tengah pandemi COVID-19 ini, UM bisa menggelar peringatan hari santri. Karena sejak diresmikan 2015 lalu, pihaknya memang selalu menyelenggarakan hari besar para santri tersebut.
ADVERTISEMENT
“Nyantri itu bisa di pondok pesantren, bisa di kampus, di mana saja. Artinya, siapa yang belajar agama itu santri. Jadi mahasiswa kita itu adalah santri,” tuturnya.
Dulu, kata Rofi’uddin, santri ikut berjuang melawan penjajah. Maka semangat yang bisa diimplementasikan saat ini adalah bagaimana santri bisa ikut membebaskan kehidupan dari penjajahan. Karena menurutnya, banyak sektor di sekitar ini masih terjajah.
“Maka santri membebaskan diri dari penjajahan, baik di sektor ekonomi, teknologi, sosial dan lainnya. Sudah waktunya mengaktualisasikan nilai-nilai dari santri,” imbuhnya.
UM selama ini kata dia, juga membangun karakter santri kepada mahasiswa. Karena mencuplik dari sifat Rasulullah SAW, yaitu inovatif, fatonah atau cerdeas. Maka penekanan pada santri menurutnya adalah inovasi.
“Satu titik yang kita tekankan adalah inovasi, tanpa inovasi artinya mati. Ini tidak hanya berlaku pada individu santri, tapi semua, termasuk institusi. Oleh karena itu, di era distrupsi ini kami getol melakukan inovasi,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Gus Nadirsyah juga setuju dengan definisi santri yang disebutkan Rektor UM. Menurutnya, semua orang yang masih terus semangat belajar, masuk dalam kategori santri.
“Jadi saya memaknai hari santri adalah semua pelajar yang terus hendak meningkatkan pengetahuan tentang keagamaan,” jelasnya.
Tentu kata Gus Nadirsyah, santri memang dituntut berinovasi. Meski menurutnya, literasi terkait inovasi dalam agama, masih ngeri-ngeri sedap. Karena istilah bid’ah yang sering terdengar saat ceramah atau khutbah. Dimana semua bid’ah adalah sesat, dan semua yang sesat masuk ke dalam neraka.
Nah, bid’ah modern ini, kata Gus Nadirsyah, para santri malah dituntut untuk melakukannya, dan kalau tidak dilakukan, justru akan masuk ke dalam neraka. Karena tidak mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Quran dan Hadits di dalam kehidupan. Maka dari itu, dia menyatakan, definisi bid’ah ini harus ditinjau ulang.
Rais Syuriah PCI NU Australia dan New Zealand Prof. H. Nadirsyah Hosen, yang juga sebagai dosen Fakultas Hukum Monash University, menyampaikan ceramah.
Santri kata Gus Nadirsyah, bisa merawat nilai-nilai kuno yang baik dan relevan, juga membuka diri dengan telaah dan adopsi nilai-nilai baru yang lebih cocok diterapkan pada kondisi saat ini.
ADVERTISEMENT
“Jadi tidak berorientasi pada masa lalu semata, tidak melupakan sejarah, juga mengambil apa yang baik pada nilai yang ada. Tidak semua yang lama itu kita buang, tidak semua yang lama masih bisa kita ambil. Di sini lah kita para santri harus pandai memilah, mana nilai lama yang baik, dan mana nilai modern yang bisa kita terapkan,” pungkasnya.
Dalam peringatan Hari Santri Nasional 2021 ini, UM juga menggelar serangkaian kegiatan. Salah satunya adalah perlombaan, nasyid islami, penulisai essai, dan lomba poster.
Berikut para pemenang lomba dari setiap kategori:
A.LOMBA NASYID ISLAMI
JUARA I:
Alfinatuz Zaahrah
(Pondok Pesantren Al-Muniroh)
JUARA II :
Ryan Ramadhan
(Pondok Pesantren Darutta’lim Wadda’wah)
JUARA III:
Ilma Mukarromah
ADVERTISEMENT
(Pondok Pesantren Putri As-Sholchah)
B.LOMBA PENULISAN ESSAY
JUARA I:
Achmad Ghifari
(Ma'had Sunan Ampel Al-Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
JUARA II :
Nabila Maharani
(Pesantren Tahfidz An Nadzir)
JUARA III:
EVITA REYSSA AQILA AL GANDHI
(Ma'had Al-Jamiah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
C.LOMBA POSTER
JUARA I:
Adinda Ghina Nur Ismah
(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
JUARA II :
Disantika Amanda La Nua
(Ma'had Al-Qalam MAN 2 Kota Malang)
JUARA III:
Siti Nurmala
(Universitas Negeri Malang)