UM Sulap Desa Penghasil Gerabah di Malang Jadi Desa Wisata

Konten Media Partner
23 November 2020 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengabdian Masyarakat UM. Foto: Rizal Adhi
zoom-in-whitePerbesar
Pengabdian Masyarakat UM. Foto: Rizal Adhi
ADVERTISEMENT
MALANG - Universitas Negeri Malang (UM) tak henti-hentinya melaksanakan pengabdian masyarakat. Utamanya untuk masyarakat Malang Raya.
ADVERTISEMENT
Kali ini, dosen dan mahasiswa UM melakukan pengabdian masyarakat bertajuk Penataan Lingkungan Estetis Sentra Perajin Gerabah untuk Merintis Tumbuhnya Ekowisata, di Kampung Getaan, Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sana dengan membangun ekowisata.
Pembuatan gerabah. Foto: Rizal Adhi
"Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh para dosen dan mahasiswa UM di sini terkait penataan lingkungan estetik Kampung Gerabah di Desa Pagelaran dalam rangka merintis ekowisata," terang Ketua Pelaksana, Dr Iriaji MPd, pada Senin (23/11/2020).
Iriaji bercerita, Kampung Gerabah di Desa Pagelaran ini merupakan penghasil gerabah legendaris. "Di sini sudah terkenal sejak tahun 1960-an, meskipun sebelum itu memang sudah ada pengrajin gerabah di sini, tapi di tahun itu mulai terkenal," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Sampai pada puncaknya pada tahun 2000-an itu, saking terkenalnya sampai ada 257 pengrajin," sambungnya.
Gerabah. Foto: Rizal Adhi
Dan hingga saat ini, kata dia, para pengrajin masih tetap eksis membuat gerabah. "Tapi saat ini masih tetap eksis para pengrajin gerabah ini, saat ini ada setidaknya 153 pengrajin gerabah yang masih eksis," tuturnya.
Dia bahkan berujar, Kampung Gerabah di sini adalah kampung gerabah terbesar di Malang Raya. "Di sini adalah wilayah Kampung Gerabah yang terbesar di Malang Raya. Di tempat-tempat lain saat ini tinggal sedikit, contohnya di daerah Mbetek Kota Malang tinggal 6 pengrajin, di Pakisaji juga tinggal 6 pengrajin saja," ungkapnya.
"Yang istimewa di sini, memang banyak pengrajin gerabah tradisionalnya, tapi mulai tumbuh juga di sini pengrajin gerabah kreasi. Kalau di Mbetek itu kebanyakan yang kreasi, tapi kalau yang di Pakisaji banyak yang tradisional seperti gentong," imbuhnya.
Pengabdian Masyarakat UM. Foto: Rizal Adhi
Dosen jurusan seni dan desain ini mengungkapkan, dirinya sudah melakukan penelitian di Kampung Gerabah ini sejak tahun 2017.
ADVERTISEMENT
"Kita melakukan kegiatan di sini itu sudah dari 2017 berupa penelitian terkait adaptasi bagaimana pengrajin gerabah di sini masih bisa eksis. Tahun lalu kita mulai melakukan pengabdian tentang teknik desain dengan menggabungkan teknik batik dan teknik anyaman," ujarnya.
"Lalu kali ini kita mencoba menata lingkungannya. Kali ini coba kita tata dengan membuat gapura-gapura sampai lampu-lampu gerabah pinggir jalan. Tujuannya agar menjadi ciri khas dan karakter dari kampung gerabah," tambahnya.
Dia menambahakan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pagelaran sendiri juga sudah dibentuk. "Dan kemarin untuk pengabdian masyarakat lainnya di sini sudah dibentuk Pokdarwis yang diharapkan mampu mendongkrak wisata kampung gerabah dan warga bisa diberdayakan untuk kampung wisata," bebernya.
Oleh karena itu, dia berharap, Kampung Gerabah ini menjadi lokasi wisata edukasi gerabah dan ekowisata. "Nanti juga akan saya ajukan spot-spot lainnya seperti tempat selfie, sehingga wisatawan bukan hanya melihat dan edukasi tapi juga bisa berfoto," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Kedepannya kami akan melakukan pendekatan dengan pemerintah atau swasta untuk melakukan kerjasama," tukasnya.
Sementara itu, Perwakilan Pokdarwis Desa Pagelaran, Widayat, mengaku sempat khawatir dengan regenerasi pengrajin gerabah di Desa Pagelaran.
"Kita sebenarnya sedikit prihatin dengan regenerasi pengrajin, terutama pada generasi pemuda ini hampir tidak ada yang meneruskan kerajinan gerabah. Mungkin karena daya jual gerabah yang masih murah," ungkapnya.
"Tapi dengan model gerabah kreasi yang mengikuti tren, Alhamdulillah itu sekarang sudah mulai berkembang. Dan sekarang generasi muda sudah mulai mau melanjutkan kerajinan gerabah ini," sambungnya.
Oleh sebab itu, dia berharap, para pemuda bisa ikut membangkitkan kerajinan gerabah lagi, agar bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Widayat juga menceritakan, bantuan-bantuan yang sudah diberikan UM.
ADVERTISEMENT
"Untuk membangkitkan kerajinan gerabah ini kalau dari semangat itu kita semangat, tapi memang dari segi SDM kurang. Tapi dengan bantuan dari UM berupa kerjasama peningkatan SDM sampai pembekalan materi itu, sangat mendukung sekali," terangnya.
Lanjut dia, para dosen dan mahasiswa UM juga memberi arahan untuk membuat desa wisata.
"Dengan arahan dari UM dan semangat dari warga, rencananya di sini mau dibikin wisata edukasi gerabah. Jadi tidak hanya menjual produk, tapi juga menjual proses pembuatan gerabah untuk wisata edukasi," bebernya.
Pokdarwis Desa Pagelaran juga sudah memetakan jenis-jenis wisatawan nantinya.
"Nanti penyambutannya akan dibagi dua, seperti wisatawan lokal yang sekedar melihat-lihat, berfoto/selfie sampai membeli gerabah untuk souvernir. Ada juga wisatawan dari sekolah-sekolah khusus, dan di sekolah-sekolah khusus ini yang diutamakan adalah proses pembuatannya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Itu sekarang sudah bisa diterapkan, untuk anak sekolah karena pandemi ini jadi belum bisa aktif. Tapi persiapan sudah mulai dilaksanakan saat ini," tutupnya.
Di tempat yang sama, Ketua Paguyuban Pengrajin Gerabah Desa Pagelaran, Sutrisno, bersyukur karena saat ini generasi muda sudah mau meneruskan kerajinan gerabah.
"Kalau perkembangannya mulai saat ini sudah banyak yang meneruskan untuk membuat gerabah kreasi," ucapnya.
Dia mengakui, membuat gerabah bukan perkara mudah yang bisa dipelajari semalam saja. "Untuk anak-anak belajar membuat gerabah sendiri minimal butuh waktu 15 hari, itupun tergantung keinginan anaknya. Kalau masalah membuat gerabah itu dari niat dihatinya sendiri," tuturnya.
"Kalau niatnya benar-benar tinggi itu nanti pasti cepat bisa, jadi dengan kemampuan ingin bisa itu bakal membuat anak cepat bisa membuat gerabah," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Pria yang akrab disapa Tris ini, juga menjelaskan jenis-jenis gerabah yang dihasilkan warga beserta harganya.
"Warga sini membuat gerabah macam-macam mulai dari kendi, kemaron, cobek, pot hias, guci, sangan sampai gendok. Kalau harganya bervariasi tergantung model, mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 700.000,-," sebutnya.
Tak lupa, dia juga mengucapkan terima kasih kepada UM yang sudah membantu meningkatkan semangat berkreasi gerabah di Desa Pagelaran.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada UM atas bantuannya, dan mendukung pemuda sini menjadi lebih semangat berkreasi," pungkasnya.(ads)