Upaya Hadi Sutejo, Pria 88 Tahun di Malang Lestarikan Resep Manisan Nenek Moyang

Konten Media Partner
14 Mei 2022 18:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hadi Sutejo menjajakan kuliner manisan buah warisan nenek moyangnya di Jalan Besar Dempo Kota Malang. Foto: M Sholeh
zoom-in-whitePerbesar
Hadi Sutejo menjajakan kuliner manisan buah warisan nenek moyangnya di Jalan Besar Dempo Kota Malang. Foto: M Sholeh
ADVERTISEMENT
MALANG - Meski telah berusia senja, Hadi Sutejo (88) terus berupaya melestarikan resep kuliner legendaris peninggalan nenek moyangnya yakni manisan buah.
ADVERTISEMENT
Dia biasa menjajakan manisannya di Jalan Besar Dempo Kota Malang, setiap hari, mulai sekitar pukul 11.00 WIB hingga 16.30 WIB. Namun khusus untuk hari Minggu, dia akan berjualan mulai pukul 09.00 WIB.
Bukan dijual di toko atau kedai, namun Hadi menjual manisan miliknya di gerobak dorong berwarna kuning. Meski begitu, manisan yang dijajakan tampak rapi dan menggiurkan bagi pengendara yang melintas dan memandang gerobak manisan milik Hadi itu.
Hadi Sutejo menjajakan kuliner manisan buah warisan nenek moyangnya di Jalan Besar Dempo Kota Malang. Foto: M Sholeh
Berbagai manisan buah dan sayur dia simpan dalam toples kaca berukuran besar. Toples-toples itu dia tata di atas gerobak sehingga tampak warna segar manisan-manisan buah itu, seolah bisa memanggil pengguna jalan yang melintas untuk menghampiri dan membelinya.
"Ini manisan buah dan ada manisan sayur juga, mulai manisan buah mangga, salak, kedondong, hingga manisan sayur sawi. Ada manisan basah dan ada manisan kering juga," sebutnya.
ADVERTISEMENT
"Manisan ini bahannya alami semua, gak pakai pengawet sama sekali. Jadi bahannya buah, gula pasir untuk manisan basah dan gula merah untuk manisan kering," imbuhnya.
Hadi Sutejo menjajakan kuliner manisan buah warisan nenek moyangnya di Jalan Besar Dempo Kota Malang. Foto: M Sholeh
Dikatakan, proses produksi manisan ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa menciptakan cita rasa murni seperti yang dibuat nenek moyangnya yakni bisa memakan waktu 7 hingga 15 hari. Untuk itu, dia mengaku selalu memproduksi manisan itu setiap hari agar bisa memiliki persediaan untuk dijual hari ini dan hari esok.
"Kalau manisan kering prosesnya agak lama, sampai 10 hingga 15 hari. Kalau manisan basah hanya seminggu. Saya tiap hari buat, kan prosesnya lama jadi buat stok juga,” ungkapnya.
Namun, dia juga mengaku mulai kesulitan mencari buah-buahan dengan kualitas baik di Kota Malang. Dia harus memesan buah mangga dari luar kota agar bisa mendapatkan buah yang baik. Bahkan buah cerme yang menjadi salah satu andalan manisannya, kini telah tiada lantaran sudah langka ditemui di Kota Malang dan daerah lain.
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran Pasuruan ini mengaku telah berjualan manisan buah sejak 1949 lalu. Kala itu, dia mulai menjual manisannya di Surabaya. Dia mendapatkan resep membuat manisan itu langsung dari orang tuanya yang juga meneruskan peninggalan nenek moyangnya.
"Saya mulai jualan manisan di Kota Malang sejak tahun 1976. Ini asli buatan tangan saya sendiri, resepnya turun temurun dari peninggalan ayah saya dan nenek moyang," kata Hadi.
Agar kuliner manisan warisan nenek moyang ini tidak punah di tangannya, Hadi juga telah menurunkan resep manisannya ke anak-anaknya. Dari ketujuh anaknya, empat di antaranya kini juga berjualan manisan di Kota Malang.
"Memang dari orang tua saya dulu berpesan agar manisan buatan kami ini tetap ada dan tidak punah, atau tetap bisa lestari. Resep-resepnya juga kami jaga turun temurun. Mudah-mudahan manisan ini akan tetap ada hingga nanti. Saya juga akan berjualan sampai semampu saya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT