Wacana Impor Dosen Asing, LL Dikti Wilayah VII Jatim Tak Setuju

Konten Media Partner
21 Januari 2020 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jatim, Prof Dr Ir Soeprapto, DEA. (Foto: Rezza Do'a)
Malang - Wacana mendatangkan dosen asing ke Indonesia telah mencuat sejak tahun 2018. Wacana impor dosen ini menjadi bagian dari berlakunya Perpres No. 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang diteken Presiden Jokowi. Tujuannya? Agar Indonesia bisa mengerek daya saing perguruan tinggi Indonesia di mata dunia.
ADVERTISEMENT
Wacana tersebut menuai pro dan kontra. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah VII Prof Dr Ir Suprapto DEA termasuk ke dalam pihak yang menentang. Ia menilai, Indonesia tak kekurangan dosen yang berkualitas.
Wong di Indonesia ada,” katanya saat kunjungan kerja ke Malang, Sabtu (18/1/2020) lalu. Jumlah profesor di Indonesia pun sudah banyak. Bidang ilmunya juga sudah merata, apalagi di Jawa Timur.
“Sudah merata dan banyak. Kita kan Jawa Timur kalau PTS (Perguruan Tinggi Swasta, red)-nya punya 158 guru besar. Masak 1-2 nggak nyantol yang diinginkan kementerian,” jelasnya.
Dia mengakui jika jumlah 158 guru besar itu memang belum seimbang dengan jumlah perguruan tingginya. Maka untuk menyeimbangkannya, Suprapto meminta dalam 3 tahun ke depan selalu ada profesor baru dengan jumlah cukup banyak.
ADVERTISEMENT
“Makanya 3 tahun ke depan saya ingin jumlah profesor tiap tahun di Jatim itu ada 20 setiap tahunnya,” tegasnya.
Sementara pada tahun 2019 kemarin, Suprapto menambahkan, baru ada 13 profesor per tahun.
“Kalau tahun 2020 ini ya 20 (profesor) per tahun Insya Allah. Sekarang sudah banyak yang antri. Artinya, kita harus optimis bahwa negara kita itu banyak SDM. Masak kita kekurangan SDM. Ada, lah,” katanya
Suprapto menjelaskan, yang sebenarnya dibutuhkan Indonesia adalah SDM yang profesional. Sebab Indonesia memang kekurangan tenaga profesional.
“Nah, itu yang diinginkan pemerintah di sini. Indonesia kekurangan orang-orang seperti itu,” imbuhnya.
“Kita ingin maju pendidikan. Makanya dosen-dosennya harus yang profesional. Di sini dianggap masih kurang. Makanya terus ada wacana akan mengimpor profesor, mengimpor tenaga pengajar dari luar,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, realisasi impor dosen sendiri sudah dilakukan. Salah satunya muncul rektor asing pertama Indonesia di Universitas Siber Asia, yakni profesor asal Korea Selatan (Korsel) bernama Jang Youn Cho.
“Sudah ada sih buktinya. Ada pimpinan perguruan tinggi swasta di Jabar itu, profesor dari Korea,” pungkasnya.