Warga Ponorogo yang Takut Kiamat, Akui Hanya Menuntut Ilmu di Malang

Konten Media Partner
14 Maret 2019 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Suasana di Pondok Pesantren Miftahul Fallahil Mubtadiin yang berada di Kasembon, Kabupaten Malang, kamis (14/4).
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pondok Pesantren Miftahul Fallahil Mubtadiin yang berada di Kasembon, Kabupaten Malang, kamis (14/4).
ADVERTISEMENT
TUGUMALANG.ID - Sejumlah orang berbondong-bondong datang ke Pondok Pesantren Miftahul Fallahil Mubtadiin yang berada di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, mereka tidak menolak disebut termakan isu kalau ada fatwa kiamat sudah dekat. Mereka mengaku mendatangi Pondok Pesantren (Ponpes) tersebut murni menuntut ilmu.
Hal ini seperti yang diungkapkan salah satu warga Ponorogo yang baru saja bergabung menjadi jamaah Ponpes, Giyanti. Ibu satu anak itu mengaku baru lima hari menjadi jamaah progran triwulan Ponpes itu.
Dia mengatakan, alasan dirinya menjadi jamaah karena berniat untuk mengaji dan mencari ilmu."(Karena) ngajinya. Menurut syariat islam dan hadist-hadist di dalam Al quran juga menerangkan kalau menuntut ilmu itu tidak ada batasnya kan. Sampai tua pun kan boleh. Ini di sini niatnya juga ngaji," katanya saat ditemui wartawan Tugu Malang, kamis (14/3).
Giyanti tidak sendiri, suami dan anaknya yang masih berusia 4 tahun juga ikut menjadi jamaah. Dia mengungkapkan, alasan kenapa dia tertarik untuk menjadi jamaah karena memang dari dulu ingin mondok di ponpes.
ADVERTISEMENT
"Dulunya saya pingin mondok di ponpes manapun ngga ketekan (kesampaian). Saya ke sini ingin mondok menuntut ilmu," terangnya.
Wanita ini mengaku, dirinya dan warga Ponorogo yang lain ikut dalam program triwulan menyongsong meteor yang ada di ponpes. Mereka pun juga membawa bekal logistik masing-masing. "Bawa beras dan lauk pauk disini bawa dari rumah," kata dia.
Rencananya, dia akan berada di pondok tersebut hingga tiga bulan ke depan atau hingga Ramadan selesai. Setelah itu, dia akan kembali lagi ke kediamannya di Ponorogo. "Sampai Ramadan terus pulang lagi. Mau pondok Ramadan disini," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Ponorogo sempat mempunyai rencana untuk memulangkan mereka. Namun, Giyanti sendiri tidak mengidahkan rencana tersebut. Dia lebih memilih untuk menetap di pondok.
ADVERTISEMENT
"Saya kesini kemauan sendiri. Saya tidak mau (pulang), di sini kan menuntut ilmu, cuma itu. Saya mau disini dulu, nuntut ilmu, mau Ramadan di sini," tegasnya.
Ketika ditanya apakah dia juga sampai menjual barang-barang berharganya, seperti rumah sebagai bekal hidup di ponpes, dirinya membantah hal itu. "Rumah di Ponorogo masih ada, saya di sini cuman mondok. Saya ke sini pamit (keluarga) mau mondok, engga ada apa apa. Rumah saya masih ada," ujar Giyanti.
Suasana di Pondok Pesantren Miftahul Fallahil Mubtadiin yang berada di Kasembon, Kabupaten Malang, kamis (14/4). (foto-foto: Bayu Eka Novanta/Tugu Malang).
Giyanti menerangkan, selama lima hari berada di ponpes, dirinya melakukan kegiatan seperti biasa. "Kegiatan shalat jamaah, sama aja. Ngaji Alquran. Waktunya shalat ya jamaah," kata dia. Menurutnya, bila berada di pondok bisa sholat berjamaah lima waktu. Sementara bila dirumah, terkadang terganggu kesibukan lain.
ADVERTISEMENT
Sementara jamaah dari Ponorogo yang lain, Anang Supardi (29), juga menyampaikan hal serupa. Tujuannya datang ke ponpes yakni untuk mengaji. "Ke sini mau ngaji. Rajab, ruwah, poso (puasa)," kata dia.
Ketika ditanya terkait adanya isu kiamat, Anang mengaku tidak memikirkan hal tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, warganet dihebohkan dengan adanya 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, yang secara serentak pindah ke Malang lantaran adanya isu kiamat. Bahkan, tiga dari 52 Kepala Keluarga tersebut, mereka menjual tanah dan rumah untuk bisa ’selamat’ dari hari kiamat. Tapi, isu tersebut lantas ditampik mereka sendiri.
Reporter : Bayu Eka Novanta
Editor : Irham Thoriq