Mengenal Mukia: Si Kerabat Mentimun

Tri yuni indah wulansari
Peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional
Konten dari Pengguna
19 Juni 2024 13:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tri yuni indah wulansari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mentari Putri Pratami, Rugayah, Tri Yuni Indah Wulansari
Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
ADVERTISEMENT
Nama Mukia mungkin masih terdengar asing di kalangan masyarakat umum meskipun terkadang menjumpainya di lingkungan sekitar. Mukia merupakan salah satu marga dari anggota suku Cucurbitaceae (Timun-timunan) yang berkerabat dekat dan bahkan disatukan dengan mentimun dan melon yang tergolong dalam marga Cucumis, berdasarkan data molekuler. Keduanya secara morfologi memiliki kesamaan pada struktur bunga dan warna mahkota bunganya yang berwarna kuning cerah, berbeda hanya pada ukuran karakter vegetatif maupun generatifnya. Mukia pada umumnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan Cucumis.
Di lapangan, tumbuhan Mukia ini mudah dikenali pada ciri bunga kecil dan berwarna kuning, buahnya yang berbentuk membulat atau melonjong, berwarna hijau ketika muda dan merah ketika matang. Mukia tumbuh pada ketinggian tempat bervariasi (31-350 m dpl). Mukia banyak tumbuh di tepi atau pinggir jalan, bukit, merambat di pepohonan pematang sawah, kebun terbuka, merambat di pepohonan di dekat rawa, dan pagar.
ADVERTISEMENT
Mukia berperawakan terna merambat, herba, semusim atau tahunan, berumah satu. Daunnya tunggal, bertangkai panjang atau pendek. Bunga berukuran kecil, dengan mahkota berwarna kuning cerah, bunga jantan dan betina terpisah. Perbungaan jantan merupakan bunga majemuk berkelompok pada nodus, 10(-20) bunga. Bunga betinanya tunggal atau berkelompok 1–6 dalam satu berkas, biasanya terpisah dari bunga jantan. Buah pepo tunggal atau berkelompok 1–6, bertangkai pendek, membulat atau melonjong, panjang 0.5–3 cm, berambut atau gundul, merah ketika matang. Bijinya banyak, bervariasi membulat atau memipih datar, berwarna keputihan atau cokelat pucat, berornamentasi atau tidak, tepinya bervariasi dan tidak bersayap.
Gambar 1 Tipe habitat Mukia: A. Bukit; B. Merambat di pepohonan pematang sawah; C. Tumbuh pada pohon di pinggir jalan raya; D. Merambat di pepohonan di dekat rawa (Dokumentasi Mentari Putri Pratami).
Keanekaragamannya di Indonesia
Mukia beranggotakan sekitar 10 jenis, empat jenis diantaranya ada di Indonesia yaitu M. javanica, M.maderaspatana, M. rumphiana dan M. sumbensis. Jenis terakhir merupakan jenis baru yang dipublikasikan pada tahun 2021. Keempat jenis tersebut memiliki daerah persebaran tertentu di Indonesia, seperti M. javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, tidak dijumpai di Papua Nugini, Sulawesi dan Kepuluan Sunda Kecil. Mukia maderaspatana tersebar luas, Mukia rumphiana tersebar di Sulawesi, Maluku dan Papua Nugini, sedangkan M. sumbensis baru pertama kali dijumpai di Sumba (Nusa Tenggara Timur).
ADVERTISEMENT
Jenis M.maderaspatana memiliki variasi morfologi yang tinggi pada daun, warna buah dan guratan buah. Jenis Mukia rumphiana dibedakan menjadi dua jenis yaitu M. rumphiana subsp. rumphiana dengan ciri bakal buah berambut padat, panjang rambut 1–2 mm. Buah ± mengilap dengan kulit berambut jarang dengan panjang 1–2 mm, sedangkan M. rumphiana subsp. tomentosa dengan ciri bakal buah dan buah memiliki rambut beludru padat berwarna abu-abu, panjang rambut sampai dengan 0.5 mm.
Pemanfaatannya di Indonesia
Pemanfaatan jenis-jenis Mukia sampai saat ini di Indonesia belum terekam banyak, meskipun salah satu jenisnya yaitu Mukia maderaspatana (L.) Roem. telah dimanfaatkan di beberapa negara di dunia sebagai obat tradisional dan daunnya digunakan sebagai pewarna makanan seperti di India dan masyarakat pribumi Sub-Sahara Afrika, Asia, dan Australia. Tumbuhan ini dilaporkan memiliki kandungan senyawa aktif pada organ daun, akar, serta buah seperti hepatoprotektif, antirematik, diuretik, obat sakit perut, aperien dan antiflatulen, antiasthmatik, anti-inflamasi, antidiabetes serta antibronkitis. Selain Mukia maderaspatana, ekstrak daun Mukia javanica juga dijadikan obat sebagai obat pembersih kornea di Maluku dan di Leuwiliang Bogor sedangkan buahnya dijadikan sebagai makanan.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Mukia maderaspatana dan Mukia javanica kurang populer di Indonesia karena selain tidak diketahui pemafaatannya, maraknya kegiatan alih fungsi lahan hutan menjadi salah satu penyebab berkurangnya populasi M. maderaspatana dan Mukia javanica di alam.
Kedekatannya dengan mentimun dan melon
Hasil penelitian yang dilaporkan sekitar tahun 2020 yang didasarkan pada karakter morfologi biji, kromosom, analisis molekuler dengan penanda ISSR, serta kandungan metabolik sekunder dari kedua marga tersebut menunjukkan keduanya masih dapat dibedakan. Salah satu penelitian penunjang untuk membuktikan kedua marga tersebut menyatu, telah dilakukan yaitu dengan melakukan persilangan salah satu anggota kedua marganya, yaitu pada M. javanica sebagai bunga jantan dengan Cucumis melo sebagai bunga betina. Hasil penelitian menunjukkan keduanya berhasil disilangkan, namun F1 hibrid hasil silangannya masih perlu pengamatan lebih lanjut hingga tanaman dewasa mengasilkan organ generatifnya. Demikian juga serangkain penelitian lanjutan masih diperlukan, guna memastikan apakah kedua marga tersebut masih dalam geenpool 1, atau 2, atau bahkan 3. Berikut ini foto beberapa jenis dari kedua marga tersebut.
Gambar 2. Mukia spp. (Dokumentasi Mentari Putri Pratami)
Gambar 3. Cucumis spp. (Dokumentasi Mentari Putri Pratami)