Menanam Hidroponik di Masa Pandemi COVID-19

Umar Aryo
Anggota POLRI
Konten dari Pengguna
16 Agustus 2021 16:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Umar Aryo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menanam hidroponik di masa pandemi (sumber: foto pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Menanam hidroponik di masa pandemi (sumber: foto pribadi)
ADVERTISEMENT
Indonesia dan juga di seluruh dunia sampai saat ini masih mengalami dampak pandemi COVID-19 dalam berbagai sektor. Jumlah yang terinfeksi dalam skala global telah mencapai 207 juta, dengan jumlah korban meninggal sekitar 4, 36 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia sudah sekitar 3.854.354 orang yang positif dengan angka kematian sebesar 117.588 jiwa.
ADVERTISEMENT
Dampak pandemi COVID-19 yang luar biasa, terutama dalam sektor ekonomi, khususnya pendapat masyarakat, jauh menurun, bahkan banyak yang di-PHK, karena perusahaan tak mampu lagi membayar gaji. Sebagian hanya menerima setengah. Bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal juga demikian, penghasilan menjadi sangat rendah, karena dampak pemberlakuan Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam rangka memutus mata rantai penularan COVID-19.
Upaya yang dilakukan pemerintah tampaknya sudah mulai berhasil di mana saat ini di beberapa wilayah sudah menunjukkan tren penurunan penularan. Namun masyarakat hendaknya tetap mawas diri, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan.
Perjalanan panjang sejak masa pandemi COVID-19 pada awal tahun lalu hingga saat ini bukanlah waktu yang pendek. Banyak masyarakat yang melaluinya dengan berbagai aktivitas, termasuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Misalnya berdagang online, yang angka partisipasinya semakin tinggi, menulis buku, bekerja secara work from home, mengajar online dan berbagai kegiatan yang tidak bersifat bertemu fisik atau menimbulkan kerumunan. Salah satu yang kegiatan penulis lakukan adalah menanam tanaman hidroponik di halaman rumah, sebagai salah satu solusi mengisi waktu, melengkapi hobi, bahkan bisa menambah penghasilan.
Menanam hidroponik bersama keluarga (sumber: foto pribadi)
Hidroponik adalah suatu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik tentunya dapat menggunakan air yang lebih efisien, cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air terbatas.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan belajar di media sosial Youtube dan Google, penulis mencoba sendiri dengan peralatan yang sederhana yaitu pompa air, pipa paralon dan bak penampung. Kegiatan bercocok tanam dengan cara hidroponik dapat dilakukan meskipun kita hidup di lingkungan yang padat, karena tidak memerlukan lahan luas, cukup memanfaatkan area yang ada, kita dapat mengakalinya dengan berbagai cara. Yang terpenting ada sinar matahari yang menyinari, menumbuhkan tanaman kita serta air yang mengalir secukupnya.
Hidroponik sendiri banyak cara atau sistem menanamnya, secara garis besar misalnya menggunakan Sistem DFT (Deep Flow Technique), yakni salah satu sistem tanam hidroponik yang menggunakan genangan pada instalasi dan menggunakan sirkulasi serta aliran pelan, Sedangkan Sistem NFT (Nutrient Film Technique) adalah sistem tanam hidroponik dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen. Selain itu Sistem Wick, sebuah sistem hidroponik yang paling sederhana, larutan nutrisi ditarik ke dalam media tumbuh dari wadah nutrisi dengan sumbu biasanya menggunakan sumbu kain panel yang mudah menyerap tanaman. Sedangkan Sistem Rakit Apung merupakan teknik penggenangan air dan nutrisi di daerah perakaran tanaman secara terus menerus.
ADVERTISEMENT
Tentunya dari masing-masing sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tidak bermaksud ingin merinci lebih lanjut, karena memang bukan ahli khusus di bidang tanaman tersebut. Namun demikian, untuk menambah pengalaman berbagai sistem yang ada pernah dicoba, meskipun dengan lahan yang terbatas. Luas lahan yang penulis gunakan tidak luas, hanya 27 meter persegi, itupun harus menguras akal bagaimana mengatur berbagai tanaman bisa terakomodir. Tanaman yang ditanam terdiri Pakcoy, Kailan, Bayam, Kangkung, Coriander dan Sawi Pagoda. Dengan luas tersebut, bisa menampung sekitar 1147 lubang tanaman.
Hasil yang didapatkan sangat berlimpah, bukan hanya hasil panen tanaman tersebut, tetapi seperti ada sebuah kenikmatan yang luar biasa menjalankan aktivitas ini. Selain dapat menikmati hasil tanaman sendiri untuk kebutuhan memasak sendiri, pastinya lebih sehat, dan juga mendapat kesempatan berbagi kepada tetangga dan kerabat. Beberapa juga dijual dengan harga yang kompetitif dan hasil penjualan tersebut hanya untuk sekadar untuk memutar kembali membeli bibit tanaman. Dengan demikian, meskipun menjadi aktivitas ekonomi, juga berharap ada juga unsur solidaritas sosial meskipun dalam skala yang sangat mikro.
ADVERTISEMENT
Kepuasan lain adalah ketika memanen hasil tanaman, sangat rileks, mengasyikkan dan dapat menghilangkan rasa stress di tengah masa pandemi yang belum terlihat kapan benar-benar berakhir. Penulis hanya ingin berbagi pengalaman, bahwa di masa pandemi yang sudah lebih dari satu setengah tahun ini, kita dapat mengisi waktu secara positif dan produktif. Bagi teman-teman, khususnya kaum milenial menjadi tantangan untuk menekuni hobi yang bisa menambah penghasilan ini. Menjadi petani kota dengan menanam tanaman hidroponik tentunya bisa menjadi jenis pekerjaan baru yang menghasilkan, juga sekaligus dimanfaatkan untuk membangun solidaritas sosial.