Konten dari Pengguna

Ritual Siraman Sedudo di Kabupaten Nganjuk

Umi Khofifah
Mahasiswa D-IIII Keperawatan Universitas Airlangga
21 Juni 2022 22:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Umi Khofifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki keberagaman adat, kebudayaan, bahasa, suku, ras, dan agama. Agama berasal dari bahasa Sanskerta “a” yang berarti tidak dan “gama” berarti kacau, maka agama berarti tidak kacau (teratur). Dengan demikian agama itu adalah peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang gaib, mengenai budi pekerti, dan pergaulan hidup bersama. (Faisal Ismail. Paradigma Historis:28). Selain itu, pengertian agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya. Ahmad Hidayat berpandangan bahwa adanya relasi agama dengan budaya di mana agama menyebarkan ajarannya salah satunya melalui budaya dan budaya membutuhkan agama untuk melestarikannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Didik Nini Towok kesenian terutama tarian di Nusantara dipengaruhi oleh agama, seperti tarian Bali dipengaruhi oleh agama Hindu, tarian Jawa dipengaruhi oleh Kejawen, dan tarian Aceh dipengaruhi oleh agama Islam, sehingga para penari harus mengikuti tata cara dan adab menari. (Eko Winyanto. 2016).
ADVERTISEMENT
Budaya (culture) merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu yang masih eksis sampai saat ini. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing mulai dari bahasa keseharian hingga budaya. Budaya di Indonesia memiliki karakteristik unik dan berbeda dikarenakan kebudayan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan berfungsi untuk mengatur, mengarahkan, dan bahkan menjadi pedoman tingkah laku dan perbuatan manusia pendukung budaya itu.
Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keragaman budaya, yaitu Kabupaten Nganjuk. Kabupaten Nganjuk memiliki banyak budaya lokal, salah satunya di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan. Budaya lokal yang ada di Desa Ngliman adalah ritual siraman air terjun sedudo. Ritual siraman sedudo merupakan sebuah tradisi yang ada di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, di daerah kaki Gunung Wilis yang mengalir deras dan diyakini oleh masyarakat sekitar air tersebut memiliki manfaat untuk kesehatan dan keberuntungan. Ritual siraman sedudo merupakan bagian dari kebudayaan yang mengandung norma tatanan nilai bagi masyarakatnya.
Para penari membawa jung yang akan diisi di bawah guyuran Air Terjun Sedudo. Sumber: https://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/storage/app/uploads/public/601/764/b87/601764b879387366279377.jpg
Tujuan dari dilakukannya siraman sedudo, yaitu (1) syukuran atau selamatan (Bahasa Jawa) satu suro, sebagai ucapan syukur masyarakat desa Ngliman kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penghormatan kepada jasa-jasa leluhur yang membuka Desa Ngliman; (2) prosesi rangkaian hari jadi Nganjuk; (3) memperlihatkan hasil kerajinan, kesenian Jawa serta memperkenalkan wisata air terjun sedudo kepada masyarakat sekitar dan masyarakat lain daerah.
ADVERTISEMENT
Prosesi siraman sedudo diawali dengan menarikan tari amek tirto yang dilakukan oleh enam penari yang masih gadis dan diikuti sembilan gadis berambut panjang yang masih suci. Kemudian cucuk lampah menjemput Bapak Bupati lalu Bapak Bupati memberikan jun/klenting kepada gadis berambut panjang yang akan mengambil air. Namun, sebelum melakukan beberapa ritual siraman ada pembacaan mantra oleh juru kunci. Dimana mantra itu saling keterkaitan satu dengan yang lain. Mantra tersebut, yaitu wirangrong, dhandhanggula rahayu, pangkur singgah-singgah. Berbagai macam bunga tujuh rupa ditebarkan ke air terjun kemudian makanan sesaji lengkap dengan lauk-pauknya di larung ke tengah sungai aliran air terjun. Selanjutnya dilakukanlah pengambilan air yang jatuh langsung dari air terjun kedalam jung dan jung tersebut akan disimpan serta diabadikan di pendopo Kabupaten Nganjuk.
ADVERTISEMENT
Larangan yang harus dihindari dalam upacara ritual tersebut, yaitu tidak boleh memakai baju warna hijau dan putih polos serta bunga mawar dalam upacaranya. Selain hal tersebut wanita yang sedang datang bulan tidak bisa ikut serta dalam ritual karena ritual yang dilakukan harus benar-benar suci.
Mantra yang dibacakan oleh juru kunci memiliki makna (1) pangkur singgah-singgah berfungsi sebagai perintah agar makhluk halus yang ada di sekitar warga Nganjuk menyingkir. Pengusiran tersebut bertujuan supaya upacara berjalan lancar dan diridhoi oleh Allah Swt. (2) Mantra dhandhanggula rahayu berfungsi sebagai pengingat bahwa ada kematian di setiap kehidupan. Mantra ini mengandung nasihat agar manusia selalu ingat kepada Allah Swt. Semua yang kita miliki tidak seharusnya untuk disombongkan karena semua tidak berarti apa-apa. (3)Wirangrong adalah mantra yang digunakan untuk meminta rezeki dan keselamatan kepada Allah Swt. Jika seseorang telah melebihi batas, ingatkanlah akan Allah Swt. Mencari rezeki dengan cara yang halal tanpa menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.
ADVERTISEMENT
DATA DAN PUSTAKA
Ahcmad Syarwani. 2004. Tradisi Siraman Sedudo di Tahun Baru Suro.Surabaya.
Ayuningtyas, Prita. 2014. “Etnobotani Upacara Penyambutan Bulan Sura di Komplek Wisata Alam Air Terjun Sedudo, Nganjuk”. Jurnal Biotropika, Vol. 2 (No. 1): 31—39.
Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam (studi Kritis dan Refleksi Historis). Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Japarudin. 2017. Tradisi Bulan Muharram di Indonesia. Jurnal Tsaqofah & Tarikh. Vol.2, No.2, (https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/twt/article/view/700)
Moh. Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pangestu, N. (2021). MAKNA RITUAL SIRAMAN AIR SEDUDO PADA MASYARAKAT DESA. Paradigma, 10(1)
Sholikhin, Muhammad. 2009. Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa. Yogyakarta: Narasi
Suryanata, Jamal T. 2010. “Elegi Buat Agamemnon: Tafsir Semiotik Sajak Y.S. Agus Suseno”. Widyaparwa, Vol. 38 (No. 1): 13—26.
ADVERTISEMENT
Travellers Blitar. 2013. Prosesi Ritual Siraman Sedudo. https://travellersblitar.com/prosesi-upacara-ritual-siraman-sedudo.
Widianto, Eko. 2016. Seni Budaya Nusantara Dipengaruhi Agama. Terakota.id
Widodo, hendri. 2018. “Makna dan Keterkaitan Antar Mantra dalam Upacara Siraman Air Sedudo Masyarakat Nganjuk”. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
SUMBER GAMBAR:
https://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/storage/app/uploads/public/601/764/b87/601764b879387366279377.jpg