Al-Baqarah Ayat 158: Sabar dalam Kebenaran

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
23 Januari 2022 8:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Ustaz Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag., memberikan pandangan mendalam terkait kesabaran dalam kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 158.
Ustaz Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag. (kiri) pemateri Kajian Bakda Magrib Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Didi)
Menurutnya, ujian dari Allah bukan hanya berupa sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi juga bisa ditemukan pada kegiatan yang bernilai kebaikan atau ibadah. Untuk sukses dalam menghadapinya maka harus ditempuh dengan cara bersabar. “Jangankan berupa musibah dan cobaan, sai atau berjalan kaki dari bukit Shafa menuju bukit Marwah yang termasuk bagian dari ibadah haji atau umrah pun itu berat, dan tentu dibutuhkan kesabaran untuk melakukannya.”
ADVERTISEMENT
“Seperti yang tercantum di Surah Al-Baqarah ayat 158 yang artinya, ‘Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui’,” ujar Ustaz Nur.
Ia menambahkan, keterkaitan ayat ini dengan ayat yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya adalah tentang beratnya cobaan yang diberikan oleh Allah dan harus kita hadapi. Sebelumnya, Surah Al-Baqarah ayat 158 dianggap ayat yang terpisah karena mengandung makna sabar lalu diikuti dengan peristiwa sai. Namun kemudian Imam Al-Alusi menerangkan bahwa ini bukan ayat yang terpisah, karena makna yang terkandung di dalamnya sama-sama menyampaikan perihal sabar secara garis besar.
ADVERTISEMENT
“Tawakal adalah kolaborasi antara usaha maksimal dengan keyakinan yang sempurna. Pada umumnya manusia yang bertawakal adalah manusia-manusia yang sabar. Dengan manusia bertawakal atau tidak putus keyakinanannya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pertolongan kepadanya,” tekan Ustaz Nur memberikan keyakinan. (didi)