Konten dari Pengguna

Bekal Apa yang Dibutuhkan untuk Menjalani Bulan Muharram?

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
26 Juli 2024 9:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kajian Rutin Ahad Pagi oleh Rofiul Wahyudi, S.E.I., M.E.I. di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Tsulusiyah)
zoom-in-whitePerbesar
Kajian Rutin Ahad Pagi oleh Rofiul Wahyudi, S.E.I., M.E.I. di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Tsulusiyah)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kajian Rutin Ahad Pagi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali digelar pada tanggal 21 Juli 2024 bertepatan dengan 15 Muharram 1446 H. Rofiul Wahyudi, S.E.I., M.E.I. selaku Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dosen Program Studi Perbankan Syariah UAD didapuk menjadi pemateri kajian. Tema kajian adalah “Bekal Terbaik Menjalani Bulan Muharram”.
ADVERTISEMENT
Bulan Muharram merupakan bulan untuk mengawali tahun baru Hijriah, diawali Muharram dan diakhiri Dzulhijjah. Tanda-tanda tahun baru dapat diukur oleh hadis Nabi saw. yang artinya: “Umurnya umatku antara 60 sampai 70.” Tahun baru adalah ciri bertambahnya usia dan berkurangnya jatah usia. Umur umat tersebut sesuai dengan riwayat sejarah yaitu bertepatan dengan wafatnya Nabi Muhammad saw. pada usianya yang ke-63 tahun.
Setiap manusia niscaya akan wafat, karena itu di tahun baru hendaknya mempersiapkan bekal. Bekal pertama sesuai dengan hadis Nabi saw. yang artinya: “Wahai umatku! Carilah ilmu sebelum ilmu itu dicabut (hilang) di atas permukaan bumi, seperti tercabutnya pohon cabai dari atas permukaan tanah. Hilangnya ilmu dari dunia adalah karena meninggalnya para ulama.”
ADVERTISEMENT
“Maka salah satu persiapan bekal terbaik di bulan Muharram adalah dengan mencari ilmu, baik di lingkungan formal maupun nonformal seperti pengajian, dan sejenisnya. Sebab, diterimanya ibadah adalah ilmu. Contohnya salat yang perlu memperhatikan ilmu untuk pelaksanaannya. Mencari ilmu itu juga wajib bagi setiap muslim di mana pun berada,” ujar Rofiul Wahyudi.
Ia melanjutkan bahwa bekal kedua yaitu meningkatkan iman yang sejatinya tidak terlihat. Maka misalnya jika ada orang beriman ketika disuruh salat ia enggan melakukannya, bisa disimpulkan imannya sedang berkurang. “Para ulama kemudian membagi iman menjadi empat level, yaitu iman yang tidak bertambah dan tidak pernah berkurang yakni imannya para malaikat, iman yang terus bertambah dan tidak pernah berkurang yakni imannya pada Nabi dan Rasul, iman yang kadang bertambah dan kadang juga berkurang yakni imannya manusia sebagai makhluk Allah, dan iman yang tidak pernah bertambah tetapi berkurang terus-menerus yakni imannya orang munafik dan fasik,” tutupnya. (Lus)
ADVERTISEMENT