Beragama Berarti Membangun Peradaban

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
26 April 2024 8:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengajian Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Yogyakarta di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas dan Protokol UAD)
zoom-in-whitePerbesar
Pengajian Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Yogyakarta di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas dan Protokol UAD)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manhaj tarjih merupakan sistem doktrin teologi dalam Muhammadiyah yang terdiri atas sumber ajaran yaitu Al-Qur’an dan sunnah shahihah/maqbulah teks dan parateks, metodologi (paradigma, pendekatan, dan metode), doktrin, ajaran, serta pandangan mencakup akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah duniawiyah.
ADVERTISEMENT
Itulah yang disampaikan oleh Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag. selaku Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Pengajian Ramadan 1445 Hijriah Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Acara ini berlangsung di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu, 30 Maret 2024.
Dr. Hamim menjelaskan bahwa dengan wawasan agama ini, beragama menurut manhaj tarjih, berarti membangun peradaban, membangun kehidupan manusia dan seluruh alam yang baik. Artinya pula, sebuah kehidupan yang sejahtera materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
“Beragama berarti membangun peradaban ini sesuai dengan sunnah Nabi, sahabat tabiin dan atbaut tabiin, yaitu generasi awal Islam yang beragama secara autentik dan sesuai dengan ajaran orientasi peradaban dalam Al-Qur’an,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pengajian siang itu, dibahas pula terkait Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). “Akomodasi KHGT merupakan kelanjutan dari tajdid dengan ijtihad penggunaan hisab hakiki dalam Muhammadiyah yang telah berlangsung lama, dengan ada dinamika demi terwujudnya kalender yang pasti bagi umat Islam.”
Penggunaan hisab hakiki pertama-tama menggunakan kriteria ijtimak qablal ghurub yang merupakan antitesa sempurna dari rukyat. Penggunaan kriteria antitesa ini untuk memberi shock therapy guna membangun kesadaran tentang keharusan hisab, setelah beberapa lama kemudian beralih ke penggunaan kriteria imkanur rukyah. Lalu, beralih lagi ke kriteria wujudul hilal, di satu sisi untuk mendapatkan kalender yang pasti dengan kriteria yang pasti secara ilmu pengetahuan dan syariat, serta di sisi yang lain sebagai jalan tengah antara ijtimak qablal ghurub dengan imkanur rukyah.
ADVERTISEMENT
Disampaikan pula oleh Dr. Hamim bahwa mulai tahun 1446 H/2024, Muhammadiyah akan menggunakan kalender Hijriah Global Tunggal. Secara astronomi dapat memenuhi seluruh kriteria penentuan awal bulan yang pernah digunakan Muhammadiyah, dan secara syariah menjadi kalender yang adil untuk seluruh dunia Islam. Selain itu, secara kebudayaan membuat umat terentas dari keterbelakangan peradaban dalam berkalender.
“Dengan kalender ini, kita berharap untuk isbat 25 tahun ke depan. Dan kita perlu optimis bahwa kalender hijriah global ini akan diikuti oleh seluruh dunia,” terangnya. (ek)