Fenomena Rashdul Qiblah dalam Perspektif Fikih dan Sains

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
19 Juli 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peluncuran sistem layanan digital ukur kiblat dan diskusi fenomena rashdul qiblah dalam perspektif fikih dan sains
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran sistem layanan digital ukur kiblat dan diskusi fenomena rashdul qiblah dalam perspektif fikih dan sains
ADVERTISEMENT
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) meluncurkan sistem layanan digital ukur kiblat dan diskusi fenomena rashdul qiblah dalam perspektif fikih dan sains.
ADVERTISEMENT
“Arah kiblat digunakan oleh umat Islam dalam melakukan berbagai ibadah seperti salat, mengubur jenazah, melempar jamrah, berdoa dan berzikir, menyembelih hewan kurban, hingga buang hajat. Semua aktivitas tersebut memerlukan arah kiblat agar ibadah kita sah dan diterima oleh Allah Swt.,” ujar H. Rahmadi Wibowo, Lc., M.A. M.Hum. dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang mengkaji arah kiblat dalam perspektif fikih di acara Peluncuran Sistem Layanan Digital Ukur Kiblat (15-07-2021).
Rahmadi mengungkapkan, banyak Hadis yang menjelaskan keutamaan arah kiblat dalam beribadah. “Apabila kamu hendak salat maka sempurnakanlah wudu kemudian menghadap kiblat lalu takbir” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim). Salat sebagai tiang agama menjadi ibadah mahda yang wajib dikerjakan oleh umat Islam.
ADVERTISEMENT
“Dengan ilmu falak, umat Islam dapat menentukan posisi ka’bah dengan tepat. Hal ini menjadi keharusan umat Islam untuk menghadap ke kiblat yakni ka’bah bukan sekadar Masjidil Haram maupun arah Masjidil Aqsa. Digitalisasi ukur kiblat menjadi sebuah terobosan yang memberikan kemudahan umat Islam dalam menentukan arah kiblat,” imbuhnya.
Arah kiblat berdasarkan fikih yaitu berupa ketentuan hukum sedangkan dalam aspek falak terkait pada teori perhitungan serta teknis penentuan dan pengukuran. Jika dilihat dari segi sains tentu melibatkan adanya unsur astronomi. Jarak ka’bah dan Indonesia menjadi penentuan awal arah kiblat.
“Pengukuran arah kiblat dapat menggunakan alat Theodolite yang akan secara rinci mengukur dengan tepat dan akurat. Alhamdulillah UAD memberikan fasilitas gedung astronomi yang dapat digunakan dalam melakukan berbagai kajian seperti gerhana bulan, matahari, fenomena astronomi berupa penentu awal dan akhir bulan, serta bermanfaat dalam mengukur arah kiblat sebagai titik ibadah umat Islam,” tandas Yudhiakto Pramudya, Ph.D. selaku Kepala Pusat Studi Astronomi (Pastron) UAD saat menjelaskan rashdul kiblat dalam perspektif sains. (Chk)
ADVERTISEMENT