KKN UAD Dorong Lingkungan Bersih Sampah untuk Maksimalkan PLTMH

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
4 Maret 2024 13:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Kedungrong, Samigaluh, Kulon Progo (Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
KKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Kedungrong, Samigaluh, Kulon Progo (Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Padukuhan Kedungrong adalah salah satu padukuhan yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sehingga kawasan tersebut memiliki sumber listrik mandiri. Di lokasi ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjerjunkan mahasiswa KKN. Dengan jumlah kepala keluarga kurang lebih 53, mayoritas masyarakat di sana adalah lansia sehingga padukuhan ini terbilang pasif dalam upaya membuat inovasi.
ADVERTISEMENT
Adanya PLTMH membuat masyarakat Padukuhan Kedungrong dapat menikmati listrik dengan harga yang lebih murah. Nominal yang perlu dibayarkan hanya sebesar Rp12.000,00 per 35 hari. Hal ini tentunya berbeda jauh dibandingkan listrik dari PLN. PLTMH ini sudah dinikmati masyarakat sejak 2012, dengan pencetus pertama dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyadari bahwa sungai di Padukuhan Kedungrong memiliki potensi lebih untuk dijadikan pembangkit listrik.
“Di Kulon Progo ini total ada tiga PLTMH, tetapi di Kedungrong yang paling optimal karena posisi propeller pas. Oleh karena itu, hasil dari PLTMH dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat,” kata Rejo, salah satu warga. Selain itu, PLTMH Kedungrong memiliki dua propeller, yang masing-masing memiliki sistem kelistrikkan terpisah.
ADVERTISEMENT
“Satu propeller biasanya digunakan selama 24 jam kemudian kita switch propeller agar tidak terlalu overused. Sebenarnya satu propeller dapat digunakan terus selama aliran sungai bersih dari sampah yang dapat membuat propeller menjadi stuck,” ucap Widarto, warga yang mengurusi tentang PLTMH.
Selama ini PLTMH sudah sering dikunjungi oleh mahasiswa baik lokal maupun asing untuk dipelajari lebih lanjut cara kerja maupun potensinya. “Sebenarnya kami masyarakat Kedungrong juga memikirkan bagaimana memproses sampah plastik agar tidak merusak lingkungan. Kami peduli karena sampah plastik akan mengganggu PLTMH dan kami memutuskan untuk membakar sampah plastik tersebut agar tidak sampai ke aliran sungai,” tambah Bapak Rahmat, ketika tim KKN memberikan literasi kepada masyarakat tentang limbah rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Diskusi tentang pengolahan sampah plastik menjadi suatu isu yang harus diperhatikan oleh masyarakat, karena sampah plastik akan sangat memengaruhi efektivitas PLTMH dan arus listrik. Saat ini, masih cukup banyak aliran yang dibuang melalui ballast dan berubah menjadi panas. Suhu panas yang dihasilkan oleh PLTMH menandakan terdapat aliran listrik yang tidak terpakai.
“Sebetulnya menurut saya, Kedungrong itu bisa untuk punya sistem pengelolaan sampahnya sendiri, mengingat kami punya listrik yang melimpah dan terdapat sumber panas dari PLTMH tersebut. Saya sendiri sih inginnya ada yang melakukan penelitian dan menemukan alat pengolahan sampah plastik yang dioperasikan menggunakan daya listrik,” tambah Rahmat ketika tim KKN sedang berdiskusi terkait pengolahan sampah plastik yang optimal.
Setiap masyarakat di Kedungrong sebenarnya peduli terhadap lingkungan mereka, tetapi karena mayoritas masyarakat di kawasan ini lansia, membuat aktivitas kemasyarakatan mereka menjadi kurang aktif. Hasil diskusi dengan beberapa masyarakat ketika tim KKN mendatangi rumahnya, sering kali mereka memiliki gagasan sendiri-sendiri untuk kesejahteraan Padukuhan Kedungrong. (doc)
ADVERTISEMENT