Lawan "Phubbing" Lewat Permainan Tradisional

NEWS UAD
Informasi terkini Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
1 Agustus 2022 13:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NEWS UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tim pengabdian masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang terdiri atas Ulfa Danni Rosada, M.Pd., Kons., Dian Ari Widyastuti, S.Pd., M.Pd., dan Siti Muyana, S.Pd., M.Pd., memberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tradisional kepada siswa Sekolah Dasar (SD) di Kawasan Wisata Kaliurang. Bekerja sama dengan Yayasan Titian Foundation, acara ini dilaksanakan pada 25‒26 Juli 2022.
Layanan bimbingan kelompok menggunakan permainan tradisional oleh tim pengabdian masyarakat dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)
Permainan tradisional dipilih sebagai media preventif dalam upaya membentuk generasi anti-phubbing. Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), pembaruan dalam segala aspek menuntut kita untuk beradaptasi. Modernitas ini kemudian membawa beberapa dampak negatif yang salah satunya adalah phubbing, sebuah kondisi ketika seseorang rela menyakiti orang-orang di sekitarnya dengan bersikap tidak peduli dan lebih fokus pada gawai yang ada di tangan. Hal tersebut merupakan akibat dari penggunaan gadget yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Target utama yang jadi sasaran dalam kegiatan adalah anak-anak SD yang sedang dalam masa transisi menuju remaja. Permainan tradisional seperti dakon (congklak) dan gobak sodor dipilih dalam sesi layanan bimbingan kelompok ini. Untuk meraih tujuan utama yaitu pembentukan generasi anti-phubbing, inovasi dilakukan dalam kedua permainan tersebut melalui game cards. Hal itu dimaksudkan untuk menginternalisasi nilai-nilai kerja sama, komunikasi interpersonal, dan interaksi sosial, sehingga rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar akan muncul.
Siswa yang mengikuti kegiatan mengaku senang karena mendapat banyak manfaat dari layanan bimbingan kelompok yang diadakan. Mereka mengenal istilah-istilah baru seperti nomophobia, phubbing, phubber, dan phubbee. Lalu, mereka juga belajar tentang gejala-gejala yang menandai phubbing, faktor yang memengaruhi, dampak buruk yang diakibatkan, dan hal-hal yang bisa dilakukan sebagai pencegahan. Selain itu, kemampuan para siswa dalam bekerja sama, komunikasi, dan interaksi dengan lingkungan sekitar juga bertambah.
ADVERTISEMENT
Mengingat begitu besarnya dampak buruk phubbing bagi generasi penerus bangsa, upaya-upaya preventif seperti kegiatan ini perlu dilakukan secara konsisten. Berbeda dengan generasi sebelumnya, era globalisasi sekarang menuntut kita untuk menjadi individu yang adaptif dan produktif dalam rangka menghadapi intervensi yang kuat. “Menjawab tantangan tersebut, hal ini merupakan salah satu langkah konkret yang kami wujudkan melalui layanan bimbingan kelompok untuk membentuk generasi anti-phubbing,” ungkap Ulfa. (tsa)